Di tengah guyuran hujan menjelang bedug maghrib, dari sebuah mobil mewah melintasi ruas-ruas jalan di kawasan Cibubur, turun seorang wanita muda, cantik, dari hembusan jilbabnya yang tertiup angin tercium parfum merek terkenal.
Tak lama mobil itu berhenti yang diikuti sebuah mobil grandmax bercat putih.
Seketika bermunculan orang-orang yang tanpa disuruh lansung berbaris memanjang ke belakang. Mereka adalah para supir ojol, pemulung, tukang galian dan tuna wisma.
Kemudian dengan sigap pula wanita cantik berkaca mata itu, membagikan bungkusan nasi kotak lengkap dengan sebotol air mineral dan tiga butir kurma yang telah dikemas dalam plastik kecil yang diambilnya dari dalam mobil bercat putih itu.
Senyum-senyum kebahagiaan terpancar dari mereka usai menerima pemberian wanita bernama Rani Anggraini Safitri ini.
“Terima kasih Bu, alhamdulillah. Saya doakan berkah dan rejeki Ibu berlipat ganda,” kata seorang supir ojol saat kedua tangan meraih bungkusan dari Rani.
Siapa sih Rani? Mungkin tidak banyak mengenal sosok wanita berkulit bersih ini.
Tapi di kalangan sosialita Jakarta, namanya sudah tidak asing lagi. Selain cantik secara fisik, Rani juga dikenal sebagai pribadi sosial, ya sesuai dengan julukan sosialita yang tersemat di dirinya.
Beberapa sepak terjangnya di bidang sosial, antara lain Sahabat Kartini, Yayasan Bahira dan Yayasan Olahraga Indonesia. Organisasi yang disebut terakhir adalah sebuah yayasan yang concern memikirkan nasib para olahragawan juara dunia yang di usia tuanya hidup dalam kondisi miskin lantaran kurang mendapat perhatian pemerintah.
Perihal aktivitasnya pada sore itu, Rani mengatakan setiap ramadan rutin membagi-bagikan nasi kotak sebagai menu buka puasa untuk orang- orang di sekitar kawasan tempat tinggalnya itu.
“Alhamdulillah memang sudah menjadi agenda ramadan saya. Dari tahun ke tahun, menyediakan nasi kotak untuk mereka yang menjelang maghrib masih berada di jalanan,” ucap Rani, selepas membagikan sebanyak 150 nasi kotak.
Tidak sampai 1 jam nasi kotak berisikan menu bergizi , daging, ayam, sayur itu ludes seketika.
Tanpa rasa jijik atau khawatir, Rani dengan ditemani sejumlah asistennya membagikan hingga ke kolong tol yang kerap menjadi tempat berteduh kaum tuna wisma.
“Setiap hari lauk dan sayurnya berbeda-beda. Insya Allah selama ramadhan ini saya pesan ke sejumlah rumah makan Padang. Saya bilang , menunya harus yang terbaik, seperti daging atau ayam. Karena selain bergizi tinggi, mungkin tidak setiap hari mereka bisa makan dengan lauk daging atau ayam. Jadi saya ingin, setelah seharian berpuasa, saat berbuka harus dengan menu yang mumpuni lah,” ujar Rani, sambil tersenyum.
Memilih untuk memesan nasi kotak itu di rumah makan ternyata juga bukan tanpa alasan.
Rani mengaku miris jika mengingat kondisi perekonomian di masa pandemi covid-19 ini.
Sebagai pengusaha restoran, dia dapat merasakan kesulitan yang dihadapi rumah makan- rumah makan berskala UKM itu.
“Saya ingin bantu UKM-UKM kuliner yang selama pandemi ini kesulitan memasarkan produknya. Sebenarnya kalau mau memberdayakan asisten di rumah untuk memasak sebanyak 100-150 kotak mungkin bisa saja ya. Tapi niat saya tidak begitu, saya kasih orderan tiap hari dengan harapan bisnis mereka bisa bertahan,” lanjut Rani, serius.
Rani mengatakan sebagai pengusaha, bisnisnya juga terdampak covid-19. Sejumlah restoran miliknya terpaksa tutup karena mengikuti kebijakan pemerintah memberlakukan PSBB.
Namun di saat melihat langsung kehidupan segelintir masyarakat yang ditemuinya di jalanan, Rani pun tak kuasa menahan air mata sedih.
“Bertemu masyarakat, melihat langsung kehidupan mereka, mampu membuat perasaan saya mengharu biru. Saya senantiasa berdoa agar Allah swt segera mengakhiri ujian ini,” papar ibu dua anak ini.
Tak jarang dari hasil kontemplasinya, Rani mengajak buah hatinya untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan.
“Ya saya selalu katakan kepada anak-anak untuk selalu bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan. Sesekali saya ajak mereka membagikan nasi kotak, melihat langsung saat orang-orang itu menyantap makanan dengan penuh perasaan bahagia. “Kalian juga harus begitu, bahagialah dengan apa yang tersaji di meja makan. Kalian bisa memilih banyak menu, lalu nikmatilah dengan rasa syukur. Jika kita bersyukur maka Allah akan tambahkan lagi nikmat yang banyak,” kata Rani mengutip salah satu nasehatnya kepada putra-putrinya.
Rani menyadari upaya yang dilakukannya belumlah apa-apa. Terlebih dalam kondisi sulit akibat dampak pandemi covid -19 banyak usaha yang rontok, namun tidak pula menyurutkan niatnya untuk peduli terhadap orang-orang yang nasibnya tidak seberuntung dia dan keluarganya.
Sejenak Rani teringat sebuah hadist yang mengatakan bahwa orang yang beruntung itu adalah orang yang masih bisa berbagi di saat dirinya dalam kesulitan.
Menurut Rani hadist ini begitu dalam makna spiritualnya. Sebagai ummat muslim yang senantiasa berupaya dalam kebaikan, dia kerap menyemangati diri.
Kata- kata dalam hadist itu seolah menjadi pijakannya untuk tidak larut dalam kesedihan. Selama menghadapi covid 19 ini mungkin seharusnya orang berusaha mengencangkan ikat pinggang, membatasi pengeluaran-pengeluaran yang tidak penting.
“Tapi menurut saya sebagai seorang muslim kita juga diajarkan untuk berbuat baik. Katanya Allah lebih senang melihat umatnya yang dalam kondisi sempit masih bisa memberi. Saya sendiri seperti punya nazar sebisa mungkin Allah mudahkan saya untuk berbagi melalui sedekah nasi kotak ini,” pungkas Rani yang sejak bulan Maret hingga April lalu usai bagi-bagi 1000 paket sembako untuk masyarakat terdampak covid -19.