JAKARTA,GoHappyLive.Com-Kurma menjadi salah satu makanan yang ticari, setiap kali bulan Ramadhan tiba. Pasalnya, jenis buah kering yang satu ini disunnahkan menemani saat berbuka puasa. Tapi apakah semua jenis kurma layak dikonsumsi dan memberikan efek sehat seperti yang diharapkan? Ternyata tidak. Simak penjelasan berikut.
‘’Bagi kita orang Indonesia, jenis kurma tidak terlalu penting, yg penting asalkan ada kurma cukuplah untuk menggenapi berbuka puasa dengan sunnah Nabi. Padahal kita harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk memilih jenis kurma. Rasa kurma memang sangat khas, manis dan legit, tapi ternyata manfaatnya untuk Kesehatan tidak semuanya sama. Ada jenis kurma yang memang baik untuk Kesehatan, tetapi ada juga yang justru akan mengganggu Kesehatan kita,’’ tutur Apt Drs Julian Afferino, MS, seorang pemerhati Kesehatan kepada SuaraMerdejakJkt.Com kemarin.
Ada banyak jenis kurma yang beredar di pasaran. Sangat mudah didapatkan dengan harga yang sangat bervariasi. Meski rasanya sama manis dan legit, namun ada perbedaan yang mencolok antara kurma dari Timur yang terlihat lebih kering, bila dibandingkan dengan kurma dari negara lain yang sedikit basah dan lengket.
Kurma dari Timur Tengah yang beriklim kering, dipanen dalam keadaan telah matang sempurna, sehingga dalam proses pengolahannya tidak membutuhkan pemanasan. Sementara kurma yang berasal dari negara dengan iklim agak basah, mengharuskan kurma dipetik dalam keadaan buah yang belum matang sempurna. Kurma kemudian diolah dengan proses pemanasan dengan penambahan fruktosa dan sukrosa. Karena proses pemanasan itulah maka kurma Pakistan terlihat lebih lembek.
‘’Kurma jenis ini disebut kurma khalal. Bila tidak dilakukan proses pemanasan dengan penambahan fruktosa dan sukrosa, maka kurma jenis ini tidak akan menarik untuk dikonsumsi karena rasanya kurang manis. Sementara bila dipetik dalam keadaan telah matang sempurna, maka kandungan airnya menjadi sangat tinggi dan mudah busuk,’’ jelas Julian.
Berdasarkan penelitian ternyata fruktosa dapat mengubah vit D aktif menjadi tidak aktif, akibatnya akan menurunkan kadar vit D dalam darah. Di hati dan ginjal, Vit D bisa nengalami proses 24hidroksilase, yaitu dari bentuk aktif 1,25 dihidroksi Vit D kemudian mengalami substitusi pada atom carbon 24 oleh enzim sitokrom menjadi 24,25 dihidroksi Vit D yang tidak aktif. Vitamin D yang tidak aktif ini tidak mampu berikatan dengan reseptornya, sehingga tidak menimbulkan efek farmakologis atau tidak berkhasiat. Konsumsi fruktosa akan mempercepat proses hidroksilase tersebut. Semakin tinggi konsumsi fruktosa maka laju perubahan dari aktif ke inaktif akan semakin banyak.
‘’Itu sebabnya bagi pencinta makanan manis yang mengandung fruktosa tinggi dapat berakibat melemahkan imunitas. Ini juga yang menjadi jawaban mengapa warga AS yang telah mengkonsumsi asupan gizi cukup bagus, ternyata kebanyakan mengalami defisiensi Vitamin D dalam darah. Ini dikarenakan konsumsi fruktosa yang sangat tinggi, mencapai 10 persen. Orang AS dikenal sangat gemar mengkonsumsi sofdrink,’’ tutur Julian.
Vitamin D penting dalam meregulasi proses kekebalan tubuh, maka bila kadar rendah maka regulasi pengaruhnya terhadap limfosit juga akan terpengaruh. Terutama limfosit D1 dalam jumlah yang cukup dalam melindungi tubuh terhadap infeksi. (ini juga perlu editing, udah ngantuk mulai gak paham)
Selain menyebabkan Vitamin D menjadi inaktif, fruktosa juga menyebabkan resistensi insulin.
‘’Maka Ketika kita mengkonsumsi kurma yang salah, sama dengan mengkonsumsi fruktosa dan mungkin bisa berlebihan. Tetapi kebanyakan kita menganggap bahwa kurma buah yang baik karena ada sunna Rasul yang menyebutkan demikian. Memang betul, tetapi bahkan sesuatu yang disampaikan Rasulullah tetap harus diolah dan dikonsumsi dengan baik untuk mendapatkan manfaat sebagaimana yang disunnahkan,’’ terang Julian.
Selain kurma, jenis asupan yang lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah madu. Kebanyakan orang menganggap mengkonsumsi madu baik dan menyehatkan. Begitupun mereka yang menderita diabetes mellitus pun merasa aman mengkonsumsi madu sebagai pengganti glukosa. Padahal madu memiliki kandungan sekitar 40 persen fruktosa yang dapat meningkatkan resistensi insulin.
Memang bila mengkonsumsi fruktosa, maka kadar glukosa dalam darah tidak meningkat, namun fruktosa yang kemudian masuk ke dalam hati dan diubah menjadi trigliserida dan very low density lipoprotein akibatnya….. (tolong diisi ya, kemarin lupa ditanyakan. Hehehe)
‘’Selama ini yang selalu diperhatikan, hanya kadar glukosa dalam darah tanpa memperhatikan fruktosa, sehingga menganggap madu dan kurma aman,’’ Julian. Sementara trigliserida dan VLDL yang berasal dari fruktosa juga harus dikontrol, bukan hanya yang berasal dari lemak dan gorengan saja.
Selama ini kebanyakan industry minuman, kue dan jeli menggunakan fruktosa sebagai pemanis karena rasanya yang lebih kuat disbanding glukosa dan sukrosa, sehingga lebih hemat dari sisi biaya.
Dalam kasus tertentu, fruktosa juga dapat menimbulkan masalah asam urat, sindroma metabolic seperti dispilediamia, obesitas, hipertensi, hiperurikemia. (ini kayaknya juga perlu diedit deh)
Konsumsi fruktosa per harinya disarankan berkisar 20 gr berasal dari buah buahan, sementara konsumsi bisa meningkat menjadi 85-100 gr berasal dari makanan dan minuman.
Karena itu pesan Julian, meski kurma dan madu disebutkan dalam alquran, tetap harus ada takaran dalam mengkonsumsinya. Karena itu rasulullah sudah mencontohkan mengkonsumsi kurma dalam jumlah ganjil.
‘’Jumlah ganjil ini kalau kita tafsirkan ulang, adalah dalam jumlah sedikit atau sesuai. Sementara takaran konsumsi madu bagi orang sehat bisa 6-9 sendok makan perhari, sementara bagi penderita DM maksimal 2 sendok makan sehari,’’ terangnya.