Mon. Nov 18th, 2024

GERD Dapat Menyebabkan Komplikasi

Prof dr Abdul Aziz Rani, Sp.PD-KGEH Ketua Yayasan gastroenterologi Indonesia (kiri) dan Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, salah satu pendiri YGI yang juga Dekan FKUI (foto GoHappyLive.com)

GoHappyLive.Com, JAKARTA-KENDATI tidak menyebabkan kematian, namun GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) dapat menimbulkan komplikasi dan bahkan mengakibatkan Barret’s, lesi pra kanker. GERD dapat menurunkan kualitas hidup seseorang, karena selalu dilanda kecemasan saat penyakit yang menyerang lambung ini datang. Gejalanya rasa panas seperti terbakar (heart burn), regurgitasi seperti rasa pahit di lidah dan adanya sesuatu yang berbalik arah dari lambung dan terasa di rongga mulut.

GERD merupakan salah satu penyakit yang berkaitan dengan gastrointestinal selain diare, gastroenteritis dan dispepsia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, penyakit yang berhubungan dengan gastrointestinal ini menduduki 10 besar penyakit terbanyak penderitanya di Indonesia. Mereka umumnya datang ke dokter dengan keluhan pada saluran pencernaan.

Jurnal Digestive Endoscopy pada tahun 2009 menampilkan studi yang dilakukan Prof. Dr. dr. Dadang Makmun, Sp.PD-KGEH. Hasil studinya menunjukkan bahwa diare, gastroenteritis, dispepsia dan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) menempati penyakit terbanyak yang menyebabkan pasien berobat rawat jalan.

‘’GERD adalah penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup. Tidak hanya melanda masyarakat awam, bahkan di kalangan dokter sekalipun, angkanya sangat mencengangkan. Padahal berbagai penyaki tersebut dapat dicegah dengan modifikasi gaya hidup,’’ ungkap Prof Ari Fahrial Syam, Dekan Fakultas Kedokteran UI di sela peresmian Yayasan Gastroenterologi Indonesia, di Hotel Borobudur, Jumat (31/8).

Dalam sebuah penelitian ditemukan, sebanyak 9,35% dari 278 peserta penelitian mengalami GERD. Selain itu didapatkan pula hubungan yang bermakna antara GERD dengan tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan penundaan pengosongan lambung. GERD sering ditemukan pada tingkat pendidikan dan berpenghasilan rendah.

Dari hasil studi tersebut, makanan pada populasi yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah itu cenderung mengandung kadar lemak yang tinggi, sehingga mudah terjadi penundaan pengosongan lambung mudah yang berakibat pada munculnya GERD.

Itu tidak hanya terjadi pada pasien, namun juga di kalangan medis. Prevalensi GERD, menurut hasil studi Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, dkk. terhadap dokter-dokter di Indonesia, didapatkan bahwa prevalensi GERD pada dokter-dokter di Indonesia mencapai 27.4%.

Padahal apabila dibiarkan GERD dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Hal ini terjadi karena asam lambung yang naik dapat menyebabkan luka pada dinding dalam kerongkongan, sehingga yang awalnya hanya berupa perlukaan, lama kelamaan luka semakin luas dan bisa menyebabkan penyempitan kerongkongan bawah. Bahkan, GERD dapat menyebabkan perubahan struktur dari dinding dalam kerongkongan yang menyebabkan terjadinya penyakit Barrett’s yang merupakan lesi pra kanker.

“Di luar saluran cerna, asam lambung yang tinggi dapat menyebar ke gigi, tenggorokan, pita suara, saluran pernafasan bawah bahkan sampai paru-paru,” katanya.

Tidak heran, jika penyakit gastrointestinal ini juga menempati 10 besar penyebab kematian karena penyakit terbanyak di Indonesia. Demikian pula dengan kanker gastrointestinal yang menjadi momok bagi pasien dan dokter, lantaran seringkali pasien datang terlambat untuk berobat. Namun sayangnya banyak kasus kanker yang kerap ditemukan merupakan stadium lanjut yaitu stadium 3 atau 4. Padahal semakin dini kanker ditemukan, semakin tinggi pula kemungkinan pasien dapat pulih.

Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan pasien datang terlambat untuk berobat, yaitu di antaranya, gejala kanker yang seringkali tidak terasa ketika stadium awal dan pelayanan deteksi dini yang belum merata di seluruh daerah Indonesia. Selain itu, banyak pasien memandang enteng gejala penyakitnya karena kurang begitu mengganggu aktivitas kesehariannya.

Sebagian besar penyakit pencernaan dapat dicegah salah satunya dengan gaya hidup sehat dan deteksi secara dini, maka dari itu dokter-dokter spesialis konsultan gastroenterohepatologi terpanggil untuk mengedukasi masyarakat sebagai langkah preventif.

YGI didirikan untuk membantu penelitian-penelitian di bidang gastroenterologi, mensosialisasikan informasi-informasi mutakhir seputar permasalahan kesehatan pencernaan kepada masyarakat melalui berbagai aktivitas diantaranya melalui website dan mengedukasikan kepada masyarakat mengenai berbagai penyakit pencernaan mengingat penyakit pencernaan merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat.

 

 

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *