Mon. Nov 18th, 2024

GoHappyLive.com, JAKARTA- Seiring bertambahnya usia, berbagai fungsi anggota tubuh turut mengalami penurunan. Contoh yang paling sering di temukan adalah bantalan sendi tulang belakang yang semakin kehilangan cairan, menjadikan fungsinya sebagai peredam kejut berkurang sehingga meningkatkan cidera tulang belakang.

 

Proses degenerative pada tulang belakang sejatinya baru terjadi setelah usia diatas 40 tahun, dimana kondisi medis yang ditandai hilangnya struktur normal atau menurunnya fungsi tulang belakang secara bertahap.

Kondisi ini tidak bisa dihindari individu, namun jika terus dibiarkan seiring berjalannya waktu, masalah kesehatan terkait tulang belakang ini akan bertambah berat. Beberapa masalah degenerasi tulang belakang yang banyak terjadi di masyarakat diantaranya, osteoporosis, arthritis, dan kerusakan bantalan sendi tulang belakang.

dr. Heri Aminuddin SpBS(K), Spesialis Bedah Saraf Brain & Spine Bunda Neuro Center, Jakarta, penyebab utama penyakit degenerative tulang belakang adalah usia meski demikian banyak faktor lain yang berperan pada terjadinya proses degenerasi tulang belakang, seperti; akibat tumor, infeksi, trauma, kurangnya asupan nutrisi, faktor genetik, pekerjaan, merokok, serta faktor mekanik termasuk kebiasaan mengangkat benda berat, dan memutar tubuh secara berlebihan.

“Degenerasi tulang belakang terjadi, umumnya setelah usia diatas 40 tahun, trauma ringan atau aktivitas fisik yang tidak biasa dilakukan dapat menyebabkan nyeri punggung, nyeri otot hingga kejang otot,” ungkap dr. Heri.

Contoh lain degenerasi tulang belakang yang dapat terjadi meliputi; munculnya osteophytes atau pertumbuhan taji tulang di sekitar sendi facet (facet joint syndrome) dan ruas-ruas tulang belakang. Penebalan ligemen dan rongga tulang belakang yang kemudian menekan saraf. Hingga hilangnya kepadatan tulang belakang atau dalam dunia kedokteran disebut osteoporosis yang selanjutnya menyebabkan tulang mudah patah.

 

“Gejala yang sering muncul pada degenerasi tulang belakang selain nyeri adalah deformitas tulang belakang, keterbatasan gerak, kelemahan anggota tubuh, fungsi sensoris yang menurun, gangguan buang air besar dan kecil, serta disfungsi seksual,” lanjutnya.

Selain melihat gejala klinis yang dialami pasien, dokter bedah saraf mendiagnosis degenerasi tulang belakang melalui pemeriksaan X-ray tulang belakang. Termasuk diantaranya Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk melihat kondisi bantalan sendi, saraf dan rongga tulang belakang. Pemeriksaan computed tomography (CT) scan juga dapat dilakukan jika terjadi inkonsistensi antara hasil MRI dengan gejala klinis yang ditunjukkan pasien.

 

Waspadai Kesemutan dan Kebas Pada Kaki dan Tangan

Salah satu jenis degenerasi tulang belakang yang banyak dialami masyarakat Indonesia adalah osteoporosis. Ini merupakan kondisi dimana kepadatan tulang berkurang. Berkurang atau hilangnya kalsium pada tulang belakang menyebabkan melemahnya struktur atau kepadatan tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur.

Wanita usia 40 tahun keatas cenderung mengalami osteoporosis. Data lain bahkan menunjukan sebanyak 40% wanita dengan usia diatas 80 tahun dipastikan memiliki osteoporosis tulang belakang

“X-ray dan CT scan dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis osteoporosis. Tidak menutup kemungkinan dokter menganjurkan pemeriksaan kepadatan tulang menggunakan dual X-ray absorptiometry (DXA atau DEXA) scan,” jelas dr. Ibnu Benhadi SpBS(K), Spesialis Bedah Saraf Brain & Spine Bunda Neuro Center, Jakarta.

Saat diagnosis osteoporosis tulang belakang ditegakkan, dokter dapat memberikan beberapa obat-obatan yang bertujuan mencegah terjadinya fraktur tulang belakang. Menurut dr. Ibnu, obat-obatan ini bekerja dengan cara memperkuat tulang dan mencegah pengeroposan.

Kondisi lain dari proses degenerative tulang belakang yang umum dijumpai di praktek klinik adalah facet joint syndrome. Ini merupakan kondisi kesehatan layaknya arthritis pada tulang rawan sendi.

Menurut  dr. Wawan Mulyawan SpBS(K), SpKP, Spesialis Bedah Saraf, Brain & Spine Bunda Neuro Center, Jakarta, proses degenerative tulang belakang menyebabkan penyebaran berat badan tidak merata ke sendi facet.
Sindroma sendi facet, pada beberapa kasus bisa diatasi dengan memperbaiki gaya hidup seperti mengubah posisi duduk yang baik, mengubah posisi tidur, hingga menggurangi berat badan.

Latihan penguatan otot punggung dan perut juga dapat membantu mengatasi facet joint syndrome.

“Jika bekerja di balik meja, setiap 1 jam sekali sebaiknya beristirahat. Lakukan gerakan-gerakan kecil agar tulang tidak kaku,” lanjut dr. Wawan, lagi.

Sementara terkait degenerasi bantalan sendi tulang belakang, dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS menjelaskan terjadi lantaran proses penuaan atau dikarenakan factor lain.

Stress pada bantalan sendi, yang terjadi bertahun-tahun dapat menyebabkan robekan kecil pada bagian annulus yang dipersarafi sehingga memungkinkan terjadinya rasa sakit.

“Keluarnya inti bantalan sendi menjadikan bantalan sendi menojol, atau keluar dari tempatnya mempengaruhi saraf tulang belakang sekitarnya. Ini disebut Herniated Nucleus Pulposus (HNP) atau awam menyebutnya saraf terjepit,” jelas dr. Mahdian.

dr.Mahdian mewanti-wanti agar jangan menganggap remeh kesemutan atau mati rasa (kebas) yang datang berulang-ulang.

”Pada beberapa kasus degenerasi bantalan sendi tulang belakang dapat mengakibatkan kesemutan, atau mati rasa (kebas) di tangan dan kaki. Dapat juga terjadi kelemahan baik di tangan maupun kaki,” pungkas dr. Mahdian.

 

 

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *