Sun. Nov 17th, 2024

Benarkah Khlorokuin Ampuh Melawan Covid-19?

GoHappyLive.com, JAKARTA- Setelah masker bedah dan hand sanitizer menjadi obyek buruan masyarakat, sehingga keberadaannya menjadi langka di pasaran, kini giliran khlorokuin yang menjadi sasaran perburuan. Khlorokuin disebut mampu melawan Covid-19 yang kini telah menginfeksi ke sejumlah negara di dunia. Corona Viruse Desease 2019 (Covid-19) yang disebabkan oleh SARS-Cov-2 ini menimbulkan gejala deman, batuk kering, sesak nafas, gagal ginjal dan bahkan juga kematian. Benarkah khlorokuin menjadi jawaban bagi proses penyembuhan penderita Covid-19?
‘’Hingga saat ini belum ada satu pun obat yang mendapat persetujuan dari FDA (Food and Drug Administration) dalam pengobatan Covid-19. Begitu juga dengan khlorokuin,’’ terang Drs Julian Afferino, MS, Apt, seorang farmakolog yang memiliki perhatian besar terhadap pandemi global yang dimulai sejak akhir tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok tersebut.
Menurut Julian, kholorkuin ternyata menyimpan sejumlah masalah. Obat yang selama ini dikenal luas sebagai anti malaria ini ternyata memiliki efek samping yang cukup fatal dan serius. Khlorokuin ternyata bisa menyebabkan pemanjangan interval QT dan keadaan ini sangat mempengaruhi kerja jantung. Efek samping lain adalah gangguan penglihatan permanen.
‘’Interval QT adalah waktu yang dibutuhkan ventrikel jantung saat mulai mengembang kemudian mengkerut hingga waktu istirahat dalam satu siklus. Para penderita Covid-19 diketahui mengalami myocarditis, yaitu peradangan yang terjadi diselaput bagian dalam jantung. Ini biasa terjadi pada infeksi virus. Akibat radang itu,interval QT akan memanjang, disebabkan oleh gangguan respon listrik jantung,’’ jelas alumni Fakultas Farmasi UGM ini.
Dikatakan, bila otot jantung normal, listrik jantung juga dihantarkan secara normal melalui otot- otot jantung, namun apabila terjadi peradangan, maka respon listrik jantung akan terganggu.
Jadi, lanjut CEO Pharmacare Consulting ini, kalau seorang penderita Covid-19 yang mengalami myocarditis,dan mendapatkan terapi Khlorokuin, maka akan makin memperpanjang internval QT. Kondisinya pun akan makin memburuk. Resiko terburuk adalah terjadinya henti jantung.Peradangan ini dapat terjadi pada dosis terapi normal yakni 300 mg/hari. Pemanjangan interval QT ini pada batas tertentu,tidak akan lagi mampu diterima oleh jantung.
Ia mengkhawatirkan pasien lanjut usia, yang biasanya mengalami gangguan jantung juga, akan menjadi sangat rawan bila mengggunakan pengobatan khlorokuin.
Disamping mengakibatkan gangguan jantung, khlorokuin juga memiliki efek samping lain yang cukup serius, yaitu terjadinya gangguan penglihatan permanen. Hanya dengan dosis 300mg/hari sudah dapat meneybabkan gangguan padapenglihatan. Khlorokuin akan meracuni kornea mata, sehingga tumbuh seperti titik hitam dan sifatnya permanen. Disamping dua efek samping yang dinilai paling fatal tersebut, khlorokuin masih menyimpan sejumlah efek samping lain. Yaitu kelemahan otot, problem pendengaran, hemolityc anemia, bradikardi, komplikasi ginjal, komplikasi hati, sakit kepala, mual, sakit otot, kulit melepuh, anxiety atau kecemasan dan masih banyak lagi.
Menurut Julian, hingga saat ini efektifitasnya khlorokuin dalam proses terapi Covid-19 masih belum jelas.
‘’Kita sudah tahu, mekanisme khlorokuin dalam melawan malaria, tetapi dalam melawan Covid-19 belum diketahui dengan pasti, karena memang hingga saat ini belum ada uji klinis. Khlorokuin lebih berfungsi sebagai imunomodulator saja. Mungkin perannya sebagai mmunomodulator itu yang dianggap bisa digunakan untuk melawan Covid-19, karena bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh, tutur alumni Fakultas Farmasi UGM tersebut.
Dijelaskan, dalam uji in vitro yang dilakukan, memang terbukti khlorokuin dapat mencegah replikasi virus. Tetapi yang perlu dicatat adalah,uji in vitro adalah uji yang dilakukan dalam lingkungan mikro saja. Berbeda dengan kondisi in vitro, kondisi di dalam tubuh sangatlah kompleks. Di dalam tubuh 70 persen khlorokuin akan diubah menjadi bentuk aktifnya terlebih dulu, sementara hal itu tidak terjadi dalam lingkungan in vitro.
Ia kemudian memaparkan laporan dari RS Sungai Buloh Malaysia dalam menangani pasien Covid-19 disana. Covid-19 memang membahayakan bagi pasien lanjut usia, maka mereka kemudian perlu merilis laporan bagaimana mereka melakukan perawatan terhadap pasien lanjut usia, sehingga mereka mampu melewati fase kritis dan sembuh dari penyakit tersebut.
‘’DI rumah sakit tersebut, pasien lanjut usia dengan penyerta penyakit asma dilakukn terapi dengan menggunakan obat-obatan antivirus yang selama ini digunakan untuk pengobatan HIV. Mereka juga melakukan intubasi dengan memasukan selang hingga ke trakea. Pemeriksaan dan pemantauan laboratorium dilakukan, bahkan hingga mereka telah sembuh dan keluar dari rumah sakit. Pasien tetap dalam pemantauan rumah sakit hingga 2 minggu setelah ia keluar dari rumah sakit. Dua pasien usia lanjut yang sembuh, tidak diberikan khlorokuin dalam proses terapinya,’’ ungkapnya mengutiplaporan yang dirilis oleh RS Sungai Buloh dibawah koordinasi Dr Suresh Kumar.
Dalam laporan itu memang menyebutkan, ada pasien yang mendapat terapi khlorokuin mendampingi Remdesvir sebagai anti virus, tetapi diperkirakan hanya mengurangi masa rawat inap saja. Tidak bisa dipastikan, apakah pasien itu sembuh karena khlorokuin,atau karena memang kondisi kesehatannya masih bagus karena usia muda.
Di bagian lain, Julian menjelaskan, keyakinan ilmiah yang dibangun di atas postulat bahwa Covid-19 masuk ke tubuh manusia melalui saluran cerna, pernafasan dan kemudian menginfeksi paru-paru melalui ikatan spike-ACE2 (Angiotensin Converting Enzyme 2). Dengan begitu, Covid-19 dapat menekan ekspresi protein ACE-2 . Ini berarti jumlah protesin ACE-2 akan menurun jumlahnya. Menurunnya jumlah ACE-2 akan meningkatkan resiko cedera paru berat.
Sementara khlorokuin juga dapat mengubah reseptor ACE-2 melalui mekanisme glikosilasi, sehingga diyakini mampu menghambat laju perkembangan Covid-19 ini. Namun hal ini akan semakin menekan ekspresi protein ACE-2. Keadaan ini dapat menyebabkan penderita SARS-Cov-2 jatuh ke fase kritis akibat semakin menurunnya kadar ACE-2, resiko cedera paru berat akan semakin meningkat.
‘’Jadi pemberian khlorokuin pada kasus Covid-19 ini menurut hemat saya bukanlah pilihan yang tepat. Pesan saya, masyarakat jangan berbondong-bondong membeli dan mengkonsumsi khlorokuin tanpa petunjuk dari dokter, mengingat resiko dari efek samping yang cukup fatal,’’ katanya menutup perbincangan.(*))

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *