GoHappyLive.com, JAKARTA- Menghadapi new normal yang bakal segera diterapkan pemerintah, Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menghimbau masyarakat melakukan tes cepat atau rapid test covid-19. Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto mengatakan tujuan dan sasarannya untuk memutus mata rantai covid-19 sekaligus mengurangi jumlah masyarakat yang terpapar.
Rencana pemerintah untuk menerapkan new normal disambut baik oleh Giwo Rubianto, Ketua Umum Kowani.
Menurut Giwo, kehidupan harus terus berjalan meski dunia tengah dihantam oleh wabah covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu.
“Tidak ada yang tahu pandemic ini kapan akan berakhir. Tapi kehidupan tidak mungkin menunggu hingga vaksin ini ditemukan. Sehingga kehidupan baru atau new normal memang harus dijalani. Kita akan memasuki era new normal,” ungkap Giwo, di kantor Kowani, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 30/5.
Apa itu new normal? Giwo menjelaskan yaitu sebuah kehidupan baru dimana kita menjalani aktivitas seperti sediakala dengan berdampingan dengan covid-19.
“Artinya kita tidak bisa hidup normal seperti sebelum ada covid-19. Untuk meneruskan keberlangsungan hidup ke depan, semua orang tetap menerapkan standar kesehatan dari pemerintah, yaitu, jaga jarak fisical distancing, perilaku hidup sehat. Yang nggak biasa cuci tangan, harus sering-sering cuci tangan, harus jalani hidup sehat. Intinya kita harus beradaptasi menyesuaikan kondisi covid -19,” papar Giwo.
Tidak hanya sekedar himbauan, selama 3 hari, tanggal 28- 30 Mei kemarin, Kowani berkolaborasi dengan Kemenkes memberikan pelayanan rapid test gratis bagi 1000 anggota Kowani dan masyarakat umum.
Dikatakan Giwo, di awal kegiatan ini nyaris batal terlaksana lantaran masih adanya isu-isu negative seputar rapid test covid-19.
Antara lain, adanya anggapan bahwa orang yang sudah melakukan rapid test yang semula negative, malah akan terpapar covid- 19.
“Jadi Kowani sempat goyah juga dengan adanya permintaan agar acara ini ditiadakan saja. Tapi menurut kami selama aturan pemerintah tetap dijalani, kita bisa tetap adakan kegiatan rapid test ini. Dengan adanya rapid test justru orang-orang tanpa gejala (OTG) bisa terdeteksi. OTG ini yang sebenarnya harus diwaspadai. Karena mereka bisa berkeliaran kemana-mana. Terbukti kemarin, beberapa orang yang awalnya terlihat sehat-sehat saja pada saat datang ke Kowani, tapi ternyata terdeteksi reaktif covid-19,” beber Giwo.
Wacana Rapid Test Tahap Dua
Selama 3 hari pelaksanaan rapid test, Kowani yang merupakan bagian dari tim Solidaritas Bencana Nasional, menjaring sebanyak 25 orang yang reaktif covid-19. Perinciannya di hari pertama kedua terdeteksi sebanyak 15 orang, kemudian di hari terakhir bertambah 10 orang. Jumlah tersebut dikatakan Giwo terbilang tinggi karena dari sebanyak 1.012 orang yang discreening sekitar 3 persen terpapar covid-19.
Usai kegiatan, Kowani telah merujuk pasien yang positif ke Sudin Kesehatan setempat sesuai data KTP yang bersangkutan, untuk ditindaklanjuti dengan PCR Test (Sweb Test).
Kowani juga mengeluarkan surat keterangan bagi yang telah menjalani rapid test . Bagi yang rapid testnya negative dapat menunjukkan surat ini pada saat melakukan perjalanan keluar kota.
“Kemarin ada yang sebelum naik pesawat melakukan rapid test dulu, kemudian membawa surat keterangan negative covid -19 yang dikeluarkan oleh Kowani dan Kemenkes. Surat ini dapat berlaku hingga 14 hari ke depan setelah dilakukan rapid test,” ujar Giwo, lagi.
Giwo mengaku puas atas suksesnya kegiatan rapid test massal gratis yang digelar Kowani. Bahkan dari yang seharusnya 1000 orang, di hari terakhir ada penambahan sebanyak 12 orang.
“Awalnya memang orang takut-takut untuk melakukan screening ini. Seperti yang saya sampaikan tadi bahwa orang masih termakan oleh isu hoax. Hanya di hari pertama, pesertanya Cuma 200 an. Di hari ke 2 dan 3, jumlahnya bertambah. Setelah ini kami akan evaluasi kegiatan, jika memang permintaan masih tinggi, kami akan lakukan rapid test tahap kedua” ujar Giwo.