GoHappyLive.com, JAKARTA- Penerapan protokol kesehatan serta menjaga daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat, asupan gizi yang baik, rutin berolahraga, menghindari stres, serta istirahat yang cukup adalah kunci dalam mencegah diri terinfeksi Covid-19. Terutama pada penderita penyakit berisiko tinggi, seperti; jantung, darah tinggi, dan penyakit degeneratif lainnya ‘wajib’ memahami secara benar pola-pola penularan di masa pandemi ini.
Riset yang dilakukan di China, menunjukan jumlah fatalitas pasien Covid-19 yang menderita penyakit kardiovaskular cukup tinggi dibandingkan dengan penyakit lainnya seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.
“Covid-19 memang menyerang organ pernapasan, tetapi tetap berbahaya bagi penderita penyakit jantung atau kelainan jantung. Dari sejumlah kejadian, terbukti pasien Covid-19 yang mengidap penyakit jantung meninggal karena imunitasnya berkembang tidak terkontrol dan berbalik menyerang organ jantung. Ini fakta yang berbahaya dan perlu diketahui oleh para penderita penyakit kardiovaskular,” ungkap dr. Nikolas Wanahita MD, MHA, dokter penyakit jantung dari Mount Elizabeth Novena Hospital Singapura, di acara Webinar Hidup Sehat: Jantung Sehat & Covid-19: The Dos and The Don’ts, akhir pekan ini.
Dikatakan dr Nikolas hingga kini belum ada obat-obatan yang secara empiris terbukti mampu menyembuhkan penderita Covid-19.
Penyembuhan pasien Covid-19 lebih disebabkan faktor imunitas dan daya tahan tubuh yang lebih kuat sehingga mampu melawan dan memberantas virus SARS-CoV-2.
Faktor kritikal lainnya adalah mengenali secara benar aspek Viral Load yang menyebabkan seseorang terpapar Covid-19, tetapi tidak menunjukan gejala sakit serta yang terpapar parah hingga mengakibatkan meninggal dunia.
Secara sederhana, aspek Viral Load menjelaskan hubungan antara jumlah kualitatif partikel virus yang masuk ke tubuh dan dampaknya bagi orang yang terpapar.
Semakin banyak jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh, imunitas tubuh dapat kalah dan penderita berisiko mengalami cytokine storm, di mana imunitas berkembang secara tidak beraturan sehingga justru berbalik menyerang badan dan organ-organ sendiri.
“Faktor Viral Load bukan hal baru di dunia medis. Sudah diperkenalkan sejak tahun 1930-an, faktor ini bisa menjelaskan mengapa terdapat dokter atau tenaga medis yang masih muda dan sehat meninggal dunia karena terpapar Covid-19 di rumah sakit” papar dr. Nikolas.
Kemudian, dr. Nikolas mengingatkan bahwa ditemukan sejumlah kasus berupa pasien terinfeksi, tetapi tidak timbul gejala dan dapat sembuh dengan sendirinya.
Di sisi lain, terdapat pula pasien tanpa gejala yang kemudian meninggal dunia tanpa sempat ditangani dengan cepat.
Meski demikian, terdapat pula kasus-kasus penderita berusia muda dan sehat yang akhirnya meninggal dunia karena Covid-19.
“Hal tersebut terjadi karena selain faktor imunitas, faktor viral load sangat penting dalam menentukan infeksi ringan atau berat. Semakin banyak penderita Covid-19 yang tidak menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain, viral load akan semakin tinggi,” kata dr. Nikolas.
Faktor penting lainnya mencegah diri terinfeksi Covid-19, yakni memahami secara benar pola-pola penularan di masa pandemi dan risiko-risiko utama khususnya bagi kelompok masyarakat berisiko tinggi, seperti penderita penyakit jantung, darah tinggi, dan penyakit degeneratif lainnya.
“Selain itu, faktor lainnya yang tidak kalah penting adalah tempat tinggal dan lingkungan. Tinggal di lingkungan yang baik serta menempati hunian sehat dan nyaman sangat membantu sebagai tempat berlindung dalam menghadapi masa pandemi seperti saat ini,” kata dr. Nikolas.
8 dari 10 kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat Menyerang Lansia 65 tahun Keatas
Menanggapi keterkaitan antara pandemi Covid-19 dengan pola hidup sehat, Hendro S. Gondokusumo, Pendiri dan Chief Executive Officer PT Intiland Development Tbk (DILD;Intiland) kembali menegaskan pentingnya faktor lingkungan dan hunian sehat sebagai wahana efektif untuk berlindung.
Khususnya, bagi masyarakat usia lanjut seperti dirinya yang relatif lebih rentan dan memiliki risiko tinggi terhadap penularan Covid-19.
“Jadi, wajar jika banyak warga-warga senior, seumuran saya, beramai-ramai ‘bertapa’, bersembunyi di rumah masing-masing. Tidak berani ke kantor atau pergi keluar rumah, bertemu teman atau kolega, atau lebih lagi ke fasilitas-fasilitas umum, seperti restoran atau mal,” ujarnya lebih lanjut.
PCR Swab Test adalah standar emas atau gold standard untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak
Mengutip hasil laporan dari Universitas Johns Hopkins, Hendro menyebut, delapan dari sepuluh kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat adalah pasien berusia di atas 65 tahun. Fakta ini menambah rasa takut dan khawatir.
Terlebih bagi kondisi orang lanjut usia yang rentan terhadap berbagai penyakit degeneratif seperti darah tinggi, diabetes, dan jantung.
Meskipun harus menghadapi risiko tinggi, Hendro menyarankan agar para warga senior tetap produktif meskipun aktivitas dan mobilitas menjadi sangat terbatas. Melakukan olahraga ringansetiap hari seperti jalan pagi setiap hari di lingkungan perumahan sangatlah dianjurkan.
Olahraga terbukti merangsang tubuh mengeluarkan hormon endorfin untuk mengurangi rasa sakit dan memberikan energi positif.
“Saya selalu berusaha agar bisa olahraga jalan kaki setiap pagi di lingkungan rumah atau dengan treadmill. Kegiatan itu sudah puluhan tahun saya jalani secara rutin, tidak hanya pada saat pandemi,” ujarnya lebih lanjut.
Pada kesempatan yang sama, dr. Twindy Rarasati juga berkesempatan berbagi pengalamannya ketika dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 melalui polymerase chain reaction (PCR) Swab Test beberapa bulan lalu.
Ia mengaku tidak merasakan demam seperti kebanyakan orang yang terpapar virus ini, hanya merasa gejala sesak napas dan hilangnya indra penciuman.
Lebih membingungkan ketika hasil rapid test keluar dan dinyatakan non-reaktif. Namun, karena merasa ada yang tidak beres dengan gejala-gejala yang dirasakannya dan kebetulan juga seorang dokter, dr. Twindy memutuskan untuk melakukan PCR Swab Test yang hasilnya dinyatakan positif.
Dari pengalaman tersebut, ia menegaskan PCR Swab Test adalah standar emas atau gold standard untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak.
“Kasus ini mungkin tidak hanya terjadi pada saya, tetapi juga pada orang lain yang merasa dirinya sehat dan belum melakukan isolasi mandiri dari awal gejala. Bisa jadi, seseorang sudah terinfeksi, tetapi belum muncul antibodi untuk melawan virus SARS-CoV-2,” kata dr. Twindy.
Setelah menjalani perawatan di rumah sakit selama dua minggu dan menerima hasil PCR Swab Test negatif sebanyak dua kali, dr Twindy pun diperbolehkan kembali ke rumah dengan tetap menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Isolasi mandiri selama dua pekan ini penting dilakukan guna mencegah dirinya tidak kembali terinfeksi Covid-19, sekaligus untuk menenangkan emosi dan pemulihan kesehatan.
Satu hal yang menurutnya sangat penting ketika dinyatakan positif adalah memiliki keyakinan dan semangat bisa sembuh dan sehat kembali. Dukungan dari keluarga, kerabat, dan teman sangatlah berarti untuk membangkitkan semangat, menumbuhkan motivasi, serta keyakinan untuk dapat sehat kembali.