GoHappyLive.com, JAKARTA–Sebanyak 50 juta atau 60-70 % masyarakat di dunia mengalami sindrom gangguan penurunan fungsi otak yang mempengaruhi fungsi kognitif, emosi dan perilaku aktivitas sehari-hari atau lebih dikenal dengan demensia. Masyarakat sering menyebut kondisi ini sebagai pikun. Sayangnya, jika dulu pikun seringkali dianggap biasa dialami oleh lansia. Padahal dalam perkembangannya Demensia Alzheimer seringkali tidak terdeteksi dan gejalanya dapat dialami sejak usia muda (early on-set demensia).
Demensia Alzheimer merupakan penyebab utama ketidakmampuan dan ketergantungan lansia terhadap orang lain. Penyakit ini memberikan dampak fisik, psikososial, sosial, dan beban ekonomi tidak hanya bagi penderita tapi juga bagi keluarga dan lingkungan sekitar.
Estimasi jumlah penderita Penyakit Alzhemeir di Indonesia pada tahun 2013 mencapai satu juta orang.
“Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada tahun 2030, dan menjadi empat juta orang pada tahun 2050. Bukannya menurun, tren penderita Demensia Alzheimer di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya,” ungkap DR. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K), Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PERDOSSI.
Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang Demensia Alzheimer mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan dalam diagnosis dan perawatan.
Oleh karena itu, lanjut dr. Dodik edukasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan secara terus menerus sangat penting. Kolaborasi dengan berbagai pihak dapat memperluas cakupan edukasi.
Pada perayaan Alzheimer Awareness Month di bulan September ini, Eisai Indonesia dan PERDOSSI mengadakan kampanye edukatif, #ObatiPikun dan mengenalkan metode deteksi dini Demensia Alzheimer melalui EMS (E-memory screening)
PERDOSSI bersama PT. Eisai Indonesia melakukan Kampanye edukatif #ObatiPikun ini dan berharap dapat bermanfaat meningkatkan awareness mengenai Demensia Alzheimer.
President Director PT Eisai Indonesia (PTEI), dr. Iskandar Linardi, mengatakan PT Eisai Indonesia (PTEI) memiliki filosofi human health care (hhc) dan telah berkontribusi dalam kesehatan masyarakat di Indonesia selama 50 tahun.
“Menyambut Alzheimer Awareness Month tahun ini dan dalam rangka merayakan 50 tahun PT Eisai Indonesia (PTEI), kami bersama PERDOSSI mengadakan kampanye edukatif #ObatiPikun dan mengembangkan E-memory Screening (EMS) yang dapat dilakukan oleh dokter dan masyarakat awam untuk mempermudah deteksi Demensia Alzheimer agar bisa dapat segera diobati,” ujar dr Iskandar.
Sementara Ketua Studi Neurobehavior PERDOSSI, dr. Astuti, Sp.S(K), mengatakan penyakit Demensia Alzheimer memiliki faktor risiko yang bisa dimodifikasi.
“Seperti penyakit vaskular: hipertensi; metabolik: Diabetes, dislipidemia; pasca cidera kepala, pendidikan rendah, depresi dan yang tidak bisa dimodifikasi yaitu usia lanjut, genetik yaitu memiliki keluarga yang mengalami Demensia Alzheimer,” kata dr. Astuti.
Kembangkan Aplikasi E-MS (E-Memory Screening)
Sehingga selain mengetahui faktor risikonya, ditambahkan dr Astuti penting juga untuk menyadari bahwa Demensia Alzheimer bersifat kronis progresif.
“Artinya semakin bertambah kerusakan otak seiring bertambahnya umur. Sehingga deteksi dini sangat penting bagi penyakit Demensia Alzheimer. Dengan deteksi dini, pasien dapat lebih cepat ditangani sehingga kerusakan otak karena Alzheimer dapat diperlambat,” paparnya.
Selanjutnya, Dokter Spesialis Saraf, dr. Pukovisa Prawiroharjo, Sp.S(K) mengatakan kenangan indah setiap manusia merupakan asset yang tak ternilai sehingga perlu dirawat dan dilestarikan selama mungkin, agar keharmonisan diri, keluarga, dan masyarakat terpelihara baik.
Kolaborasi pakar yang komunikatif dan teknologi informasi akan mampu menjaga kenangan indah ODD selama dan sebaik mungkin, juga mencegah mereka yang mulai menunjukkan gejala ringan gangguan kognitif untuk jatuh mengalami demensia.
“Kami berinovasi dengan mengembangkan aplikasi E-MS (E-Memory Screening) yang diharapkan menjadi tes massal kepada setiap orang untuk mendeteksi secara cepat dan sedini mungkin kemungkinan mengarah ke demensia. E-MS sebagai aplikasi akan resmi diluncurkan tanggal 20 September 2020, dan akan dapat diunduh di Playstore dan Appstore. Apabila dari skor E-MS menunjukkan mengarah ke abnormal, maka aplikasi ini juga menyediakan fitur direktori rujukan terpercaya kepada para pakar di sekitar pengguna aplikasi berbasis GPS termasuk informasi jarak, nama dokter beserta keahliannya di bidang demensia, dan call center RS tempat praktek yang dapat dihubungi,” ujar dr Pukovisa.
Selain deteksi dini, aplikasi ini akan menyediakan ragam informasi tepercaya dan mutakhir mengenai demensia, dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar dapat mencerahkan masyarakat dan disediakan pula tips dan trik merawat ODD secara efektif dan efisien.
Untuk menambah kenyamanan dan kepatuhan pasien diperkenalkan tablet eves yang mudah larut dengan sedikit air serta untuk dapat memudahkan masyarakat dalam mendapat pengobatan tahun 2016 tersedia di BPJS kesehatan.