Tue. Sep 17th, 2024

Meski Sudah Berstatus Mahasiswa Peran Ortu Dan Kampus Tetap Penting Dalam Membangun Karakter

JAKARTA,GoHappyLve.Com-Mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi adalah asset bangsa di masa depan. Karakternya menjadi perhatian penting, karena akan sangat menentukan bagaimana kelak bangsa ini akan dibawa. Bila para pemudanya memiliki karakter sesuai yang dibutuhkan, maka bisa diharapkan bangsa Indonesia akan berjalan ke arah yang benar.
‘’Kalau kita mengutip pernyataan Bung Karno yang sangat terkenal, beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia, itu menunjukan betapa pentingnya keberadaan pemuda ini bagi masa depan sebuah bangsa. Maka tema kali ini sangat menarik untuk kita kupas,’’ ungkap Prof Dr Ir Meta Mahendradatta, MSc, Guru Besar Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanudin, Makassar, dalam Nina Nugroho Solution live Instagram melalui akun @ninanugrohostore Sabtu lalu.
Dalam episode ke 75 tersebut dibahas ‘Kolaborasi Peran Kampus dan Orangtua Dalam Pembentukan Karakter Mahasiswa’. Tema sore itu menarik mengingat saat ini sudah mulai terasa adanya pergeseran etika di kalangan mahasiswa, yang bagi sementara kalangan cukup memprihatinkan.
Nina Nugroho Solution merupakan program CSR dari Nina Nugroho yang bertujuan memberikan asupan informasi mengenai berbagai tantangan yang dihadapi oleh wanita dengan multiperan.
‘’Baik buruknya suatu bangsa, ditentukan oleh pemudanya, dalam hal ini adalah karakternya,’’ ungkap Prof Meta yang lulusan Fakultas Teknologi Pertanian UGM ini, membuka acara. Ia kemudian menyebutkan beberapa karakter yang sangat dibutuhkan Indonesia dalam kondisi saat ini.
Menurut Prof Meta, karakter utama yang perlu dimiliki mahasiswa adalah beriman. Karena dengan iman pemuda tidak akan tersesat dan tidak memikirkan hal-hal yang negative serta tidak melakukan kecurangan-kecurangan. Iman harus juga diimbangi dengan kejujuran dan tanggungjawab dalam satu paket.
Karakter berikutnya adalah punya semangat dan motivasi untuk meraih cita-cita yang tinggi. Mereka memiliki target yang dicapai. Dalam kondisi dimana teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat dibutuhkan karakter kreatif dan inovatif. Mahasiswa juga dituntut memiliki daya juang yang tinggi, tidak mudah menyerah, peduli terhadap lingkungan dan sesama. Tidak kalah penting adalah rendah hati dan tidak sombong.
‘’Karena kesombongan bisa menghancurkan diri sendiri,’’ tutur Prof Meta, ibu 4 orang anak ini.
‘’Wah setuju sekali Prof. Dalam Nina Nugroho Store, kalau kami mencari karyawan memang mencari orang-orang dengan karakter yang disebutkan Prof Meta tadi. Pun dalam mendidik anak, yang saya utamakan bagaimana anak-anak ini bisa berterimakasih, meminta maaf dan hormat pada orang tua. Itu dulu, sebelum masalah akademis nya,’’ timpal Nina yang juga memiliki 4 orang anak ini.
Sayangnya, lanjut Prof Meta, tidak banyak mahasiswa yang memiliki karakter yang disebutkannya tadi. Dalam pengalamannya mengajar di kampusnya, ia menemukan sejumlah mahasiswa yang tidak cukup memiliki etika ketika berhadapan baik dengan dosen maupun karyawan di lingkungan kampus.
‘’Contoh kecil, ada dua mahasiswa, sama-sama menanyakan apakah saya ke kampus hari ini. Yang satu mengirim pesan ‘ibu ke kampus hari ini?’, yang lain mengirim pesan panjang, maaf ibu saya mengganggu, semoga ibu sehat saja dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Perkenalkan nama saya si A, mahasiswa ibu Angkatan sekian dan saya mengambil mata kuliah X. Maaf bu, bolehkan saya bertanya apakah ibu ke kampus hari ini? Inti pertanyaannya sama, tetapi secara etika sangat jauh nilainya,’’ cerita Prof Meta.
Ia kemudian memberikan contoh lain, Ketika seorang mahasiswa ditegur oleh cleaning service karena membuang sampah sembarangan, sang mahasiswa lalu menjawab ‘buang sampah kan tugas kamu’.
‘’Kok bisa ya, ada mahasiswa berbicara seperti itu? Kan menyakiti hati itu. Itu baru beberapa contoh. Contoh lain banyak sekali,’’ ungkap Prof Meta.
Prof Meta kemudian menyoroti pentingnya kolaborasi antara orangtua dan pihak kampus dalam membentuk karakter mahasiswa ini. Orangtua sering menganggap, karena sudah berstatus sebagai mahasiswa, sehingga dilepas begitu saja. Padahal sesungguhnya semasa kuliah pun, mahasiswa mengalami banyak kendala yang membutuhkan bantuan orangtua.
‘’Dalam membentuk karakter anak, sebaiknya tidak terlalu banyak menasehati anak, melainkan memberikan contoh langsung. Mengajak anak untuk melihat kondisi sekitarnya, dengan begitu akan timbul empati. Begitu juga dengan menceritakan kisah-kisah sukses, tidak membandingkan, tetapi memberikan motivasi,’’ tuturnya.
Sementara dari pihak kampus, khususnya di Universitas Hasanudin adalah sejumlah program yang dijalankan dalam upaya membentuk karakter ini. Prof Meta sendiri adalah salah satu pembina pada Lembaga dakwah Fakultas Pertanian Unhas yang bernama Surau Firdaus. Lembaga ini melakukan kajian setiap Jumat, khusus untuk mahasiswi dan dosen wanita. Dengan dikoordinasikan oleh mahasiswa. Kegiatan ini tentu menjadi salah satu upaya membentuk karakter mahasiswa yang beriman, belajar berkoordinasi, menyelenggarakan sebuah acara. Dibutuhkan tanggungjawab untuk itu.
Sementara secara umum, di Unhas diselenggarakan beberapa program untuk mahasiswa baru berkaitan dengan perkembangan karakter ini. Termasuk penandatanganan pakta integritas dengan mahasiswa dan orangtua.
‘’Ini menunjukan pentingnya kolaborasi orangtua dan kampus dalam Pendidikan karakter Pentingnya peran orangtua dalam mendampingi putra-putrinya semasa mereka menjalani masa mahasiswa,’’ tuturnya.
Untuk mahasiswa baru ada Program Balance (Basic Learning Skill Caracter and Creativity), merupakan penerapan grand design program pengembangan karakter di kampus tersebut. Mahasiswa baru diberi materi yang berkaitan dengan etika, motivasi, percaya diri, kepemimpinan dan sebagainya.
‘’Diharapkan itu menjadi modal dasar, mahasiswa menjalankan kehidupan di kampus. Kemudian di awal semester, dosen-dosen diharapkan memberikan kontrak perkuliahan setiap mata kuliah. Disitu kesempatan untuk kembali mengingatkan bagaimana seharusnya mahasiswa berlaku atau bersikap, pengembangan etika. Sementara secara individual, setiap mahasiswa memiliki dosen penasehat akademik diharapkan orangtua dan kampus dalam berkomunikasi melalui dosen penasehat akademik ini bila ada masalah,’’ terangnya.
Dalam kesempatan itu, Nina Nugroho juga membahas dua buku karya Prof meta, Ketika Rasa Syukur Tidak habis Terucap dan Dalam Syukur Kutemukan Cintamu.
‘’Intinya sebenarnya adalah bagaimana kita bisa mensyukuri nikmat Allah sekecil apapun. Tidak arogan, tidak menganggap diri lebih dari orang lain. Dari sana lalu berkembangkan sikap peduli pada sesame. Yang paling penting daru dua buku itu, adalah bagaimana memberi manfaat sebanyak mungkin kepada orang lain,’’ urai Prof Meta.(*)

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *