JAKARTA—Dari riset kepada puluhan ribu pasangan suami istri yang dilakukan selama 30 tahun oleh Psikolog John dan Julie Gottman terkait pernikahan di laboratorium cinta milik mereka , kedua psikolog ini dapat menyimpulkan dalam waktu 7-120 menit, sebuah rumah tangga akan langgeng atau justru bercerai dalam waktu 7 hingga 9 bulan ke depan.
Melalui CCTV yang terpasang di laboratorium John dan Julie dapat melakukan pengamatan mengenai kegiatan dan topik perbincangan apa saja yang dibahas sepasang suami istri.
Dari penelitiannya tersebut, John dan Julie berhasil menemukan rumus menjaga keharmonisan rumah tangga yang diberi nama rumus matetika cinta 5:1 (lima banding 1).
Bagi pasangan suami istri dapat menerapkan rumus ini dalam kehidupan rumah tangga mereka, yaitu melakukan 5 hal positif dan 1 hal negative terhadap pasangannya.
“Jika ingin menjadi pasangan yang bahagia sampai akhir dan menginginkan hanya maut saja yang memisahkan, wajib menggunakan rumus matematika cinta 5:1 ini. Maksudnya dikala kita melakukan 1 hal negative kepada pasangan, maka buru-burulah menghapusnya dengan 5 hal positif, maka hal ini yang akan membuat keluarga Anda utuh,”ungkap Rani Hasyim , Communication for Health dari Tempa Trainers Guild (TTG) pada saat acara sharing session gerakan#akuberdaya bertajuk ‘Building Communication between You & Husband’, baru-baru ini.
Gerakan#akuberdaya merupakan sebuah gerakan yang bertujuan melejitkan keberdayaan 1 juta kaum perempuan. Digagas oleh desainer Nina Septiana, founder Nina Nugroho, sebuah brand busana kerja untuk para professional muslimah.
Pada tanggal 24 September 2021 lalu kampanye gerakan #akuberdaya digaungkan, ditandai dengan pencanangan oleh Menteri KPPA, Bintang Puspayoga di Langham Hotel, Jakarta Selatan.
Rani Hasyim menyampaikan dalam sebuah hubungan, komunikasi mempunyai peran sangat penting.
Apakah komunikasi dalam bentuk verbal atau non verbal, semua tergantung masing-masing pasangan.
“Dari sebuah komunikasi pesan, ide atau gagasan dari satu pihak ke pihak lain akan tersampaikan. Caranya verbal atau non verbal itu juga tergantung kebiasaannya saja. Contoh secara verbalnya begini, suami menyapa dengan kata-kata, ‘sayang ambilin abang minum ya’ tentu akan berbeda kalau dengan kalimat, ‘eh ambilin donk minumnya. Energi yang keluar dari kedua kalimat ini berbeda bukan? Makanya rasulullah mengingatkan ‘laki-laki yang baik itu adalah seperti aku, yang sayang kepada keluarganya. Bahkan Rasulullah saja punya panggilan sayang untuk istrinya Aisyah. Beliau kerap memanggil dengan nama Humairah,” papar Rani.
Kemudian komunikasi secara non verbal, contohnya; seseorang ngobrol dengan pasangan sambil nonton televisi atau smartphone. Tidak ada saling menatap penuh kasih sayang, memberi perlindungan.
“Atau bahkan yang lebih parah, ngobrol dengan pasangan sambil berdecak. Sayang, ayo kita ke pasar yuk. Lalu dijawab dengan sambil berdecak dengan mengeluarkan suara penolakan. Nah ini menjadi 1 point negative yang diterima oleh pasangan anda,” lanjut Rani.
Di saat kedua belah pihak tidak menyadari hal tersebut, maka pernikahan hanya tinggal menunggu waktu, 7-9 bulan. Kalaupun tidak terjadi perceraian, maka rumah tangga akan berubah seperti neraka. Pertimbangan untuk mempertahankan tidak lebih demi menjaga perasaan anak-anak.
Padahal apabila kedua orang tua sudah tidak harmonis, anak-anak akan tetap mengetahuinya. Lalu perasaan siapa yang sedang dijaga oleh kedua orang tua mereka.
Berpegang pada prinsip ini , berpeganglah pada filosofi cermin yang hanya akan merefleksikan apa yang ada. Adakah cermin yang berbohong? Tidak. Cermin itu jujur, dia akan menyampaikan apa yang ada didepannya.
Seperti pepatah ‘ buruk muka, cermin dibelah. Kalaulah kita lihat cermin yang kusam. Ketika kita bercermin disitu maka wajah kita akan ikut kusam
“Dikala kita berkomunikasi dengan lawan bicara, apakah itu pasangan, anak, atau orang di sekeliling kita. Mari kita berusaha menjadi cermin yang bersih. Sehingga lawan bicara kita melihat dirinya dengan wajahnya yang cerah saat berbicara dengan kita, karena biasanya dari apa yang dia lihat reaksi yang kita terima juga baik,” tutur Rani.
Inginkah kita menjadi cermin yang jernih buat pasangan? Dimana pasangan yang kita pilih adalah orang yang terbaik bagi hidup kita. Rani memberi beberapa langkah untuk mencapai komunikasi yang baik dengan pasangan, yaitu:
Jadilah pendengar bagi pasangan Anda.
Acceptance (menerima apa adanya)
Jangan lupa selalu bersyukur
Loving kindness
“Jadilah pasangan yang mendengarkan. Seperti diungkapkan Steven Covery cara paling powerful untuk mempengaruhi orang lain adalah dengan mendengarkan. Banyak mengatakan bahwa dia sedang mendengarkan, tetapi sesungguhnya dia tidak mendengarkan. Lalu acceptance atau terimalah pasangan Anda apa adanya, bukan ada apanya. Apa itu acceptance yaitu menerima peristiwa negative dan perasaan negative yang muncul dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan. Jangan lupa selalu bersyukur dan Loving kindness, yaitu pandang pasanganmu dengan penuh cinta, berbuat kebaikan kepada pasangan denga tulus, bukan modus,”pungkas Rani.