Sat. Mar 1st, 2025

Tren Jamaah Haji Lansia Tinggi, Tindakan Preventif Melalui Vaksinasi Perlu Ditingkatkan

Gohappylive.com, JAKARTA- Data Pusat Kesehatan Haji menyebutkan dalam 7 tahun terakhir terjadi tren peningkatan jamaah haji lansia dengan usia 65 tahun keatas dimana pada tahun 2024 sebanyak 21% jemaah adalah lansia. Dengan tren peningkatan usia dan besarnya jumlah jemaah haji, penting untuk memperhatikan kesehatan para jemaah mengingat seiring bertambahnya usia, daya tahan atau kekebalan tubuh seseorang cenderung menurun, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap penyakit infeksi menular.

Tahun ini, Indonesia kembali mendapatkan kuota sebanyak 221.000 jemaah haji. Namun tentunya kesehatan para jemaah harus menjadi perhatian besar mengingat selama di tanah suci dibutuhkan stamina yang fit agar mampu menjalankan rangkaian demi rangkaian ibadah haji atau umroh.

Terdapat studi yang menyatakan bahwa terdapat risiko penularan penyakit infeksi saluran pernapasan, seperti influenza, coronavirus, hingga RSV, antar jemaah ketika melakukan ibadah haji dan umrah.

Selain itu, terdapat suatu kondisi yang bisa terjadi, yaitu tripledemic, yaitu ketika adanya sirkulasi bersamaan dari RSV, Covid-19 (yang saat ini masih belum dinyatakan lenyap) dan Influenza.

Ketika terkena infeksi saluran pernapasan, terdapat beban ekonomi yang perlu ditanggung oleh pasien seperti biaya rawat inap, biaya tenaga medis, dan juga biaya pelayanan profesional pemberi asuhan.

Diperkirakan biaya total untuk pasien rawat inap dewasa yang terkena infeksi saluran pernapasan viral, seperti pneumonia, di Indonesia bagi pasien JKN bisa lebih dari 7 juta rupiah per pasien untuk satu episode perawatan.

Penyakit menular yang memiliki tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi pada orang dewasa, khususnya lansia, sebenarnya dapat dicegah melalui vaksinasi.

Karena itu, penting untuk memahami penyakit infeksi pernapasan menular yang bisa dicegah melalui vaksinasi, terutama yang disebabkan oleh virus seperti influenza, Covid-19, dan RSV, yang terus mengalami peningkatan kasus.

Menjawab kebutuhan ini, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) bekerjasama dengan Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (PERDOKHI) dan Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI serta didukung oleh GSK Indonesia menyampaikan rekomendasi pencegahan penyakit bagi jemaah haji dan umrah.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), telah merilis  Panduan Penatalaksanaan Penyakit Paru dan Pernafasan bagi Petugas Kesehatan Haji dan Umrah yang telah disusun oleh PDPI.

Dimana kerjasama ini menekankan pentingnya edukasi serta peningkatan kesadaran masyarakat dan petugas kesehatan mengenai penyakit infeksi pernapasan menular yang dapat dicegah melalui vaksinasi.

Dalam acara edukasi baru-baru, hadir Ketua Umum PDPI, dr. Alvin Kosasih, Sp.P(K), MKM. FISR, FAPSR dan Ketua Tim Kerja Haji PDPI, Dr. dr. Mukhtar Ikhsan SpP(K), MARS, FISR serta dimoderatori oleh salah satu pengurus PDPI Dr. dr. Heidy Agustin, SpP(K).

dr. Mohammad Imran, MKM sebagai Ketua Tim Kerja Pemeriksaan Kesehatan Haji mengatakan seiring meningkatnya jumlah lansia yang mengikuti ibadah haji dan umrah, melakukan konsultasi kepada tenaga medis menjadi langkah penting sebelum keberangkatan haji dan umrah untuk meningkatkan perlindungan terhadap para jemaah terutama terhadap ISPA yang salah satunya disebabkan oleh RSV (Respiratory Syncytial Virus) di tanah suci.

Selain itu, melakukan tindakan preventif seperti vaksinasi menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam mencegah penyakit dan menurunkan risiko komplikasi penyakit kronis,” tuturnya.

Para jemaah haji dan umrah memiliki risiko terkena penyakit pernafasan atas dan paru, salah satunya RSV atau Respiratory Syncytial Virus. RSV dapat menular melalui inhalasi atau kontak dengan droplet saluran napas dari mereka yang terinfeksi.

Gejala umum pasien yang terinfeksi RSV termasuk hidung tersumbat, batuk, mengi, dan demam ringan.

Lebih lanjut, hingga saat ini belum tersedia pengobatan khusus untuk mengatasi RSV pada orang dewasa, yang meningkatkan kesulitan dalam penanganannya, sehingga tindakan preventif termasuk vaksinasi terhadap RSV adalah hal yang penting.
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh individu untuk mencegah penyebaran RSV.

Salah satu langkah preventif yang dapat dilakukan adalah dengan tertib menggunakan masker, menerapkan kebersihan pribadi seperti menutup mulut saat batuk atau bersin.

Selain itu, vaksinasi terhadap RSV juga disarankan untuk kelompok berisiko tertentu, termasuk lansia yang memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi RSV berat.

Prof. Dr. Tjandra Yoga SpP(K), MARS, DT&H, DTCE FISR, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mengatakan, RSV ditemukan sebagai salah satu infeksi saluran pernapasan selama haji tahunan, dan untuk mencegahnya kini sudah ada rekomendasi vaksin RSV.

“Di Saudi Arabia vaksin ini menjadi program imunisasi nasional untuk penduduk berusia 60 tahun ke atas. Di Indonesia, PDPI telah mengeluarkan panduan penatalaksanaan penyakit paru dan pernapasan bagi petugas kesehatan Haji dan Umrah. Sedangkan untuk pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti lansia, dapat menularkan virus sampai dengan 4 minggu.
Karena itu, PDPI mengeluarkan Panduan Penatalaksanaan Penyakit Paru dan Pernafasan bagi Petugas Kesehatan Haji dan Umrah yang mencantumkan rekomendasi vaksinasi untuk meningokokus, influenza, pneumokokus dan RSV (Respiratory Syncytial Virus),” kata Prof. Tjandra.

Vaksinasi ini memberikan perlindungan bagi para jemaah, contohnya selama dalam pesawat, jemaah menjadi rentan tertular virus karena berada di dalam ruangan terutup lebih dari 8 jam.

Infeksi RSV dapat menular dan menyebar dengan mudah di mana satu orang yang terinfeksi biasanya menginfeksi tiga orang lainnya, dan sebagian besar individu yang terinfeksi dapat menularkan dalam jangka waktu 3-8 hari.

RSV seringkali dikaitkan sebagai penyakit anak-anak. Sedangkan pada golongan lansia, kekebalan tubuh mulai menurun, sehingga lansia juga rentan terhadap infeksi RSV.

Menurut studi yang dilakukan pada negara- negara berpendapatan tinggi diperkirakan 470.000 individu yang berusia ≥60 tahun di rawat inap dan sekitar
30.000 individu meninggal di rumah akibat infeksi RSV.

Sedangkan di Asia Tenggara diperkirakan terdapat 24,5 juta kasus ISPA karena RSV dalam jangka waktu tahun pada orang dewasa ≥60 tahun, dan secara khusus di Indonesia diperkirakan terdapat 9,788,487 kasus ISPA RSV.25

Saat ini, RSV telah dikaitkan dengan beban penyakit yang tinggi, terutama pada lansia. Selain itu, Lansia dengan kondisi tertentu seperti gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure), asma, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) memiliki risiko rawat inap, berkembang jadi pneumonia, bahkan tingkat kematian yang lebih tinggi jika terinfeksi RSV.

Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. K.F.R. MARS. AIFO-K dari Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia mengatakan kelompok peserta dengan usia di atas 60 tahun umumnya mengalami Penurunan Kekebalan Terkait Usia (ARDI) yang membuat semakin rentan terhadap infeksi penyakit, salah satunya RSV.

“Mengingat tingginya angka morbiditas dan mortilitas terkait infeksi RSV pada kelompok dewasa usia lanjut16, sangat penting bagi kita untuk memprioritaskan vaksinasi terutama pada individu dalam populasi berisiko tinggi, termasuk mereka yang sudah lansia dan memiliki kondisi medis kronis,” ujar dr. Syarief.

Manishkumar Munot, Presiden Direktur GlaxoSmithKline (GSK) Indonesia selama lebih dari 65 tahun, GSK tetap berkomitmen dalam pencegahan dan pengobatan penyakit melalui penyediaan vaksin dan obat- obatan inovatif.

“Sebagai pemimpin global dalam penyediaan vaksin, GSK memasok vaksin ke lebih dari 160 negara,  melindungi individu sepanjang hidup mereka dari berbagai penyakit. Setiap tahun, vaksinasi berperan penting dalam mencegah sekitar 3.5-5 juta kematian di seluruh dunia,” lanjut Manishkumar Munot.

Manishkumar Munot menambahkan, GSK terus berkomitmen untuk mengembangkan akses pada obat dan vaksin inovatif untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat yang terus berkembang untuk membangun masa depan masyarakat Indonesia yang lebih sehat.

“Karena GSK memahami betapa pentingnya momen haji dan umrah bagi sebagian besar penduduk Indonesia, sehingga melalui kerjasama dengan pemerintah, asosiasi medis, dan juga tenaga kesehatan, kami akan terus berupaya melindungi mereka dalam menjalani momen penting yang telah lama ditunggu oleh sebagian besar umat Islam dan membangun kesadaran akan pentingnya pencegahan penyakit melalui vaksinasi. Selain itu, kami memiliki upaya berkelanjutan termasuk media sosial AyoKitaVaksin dan microsite CegahRSV. Kami juga mendorong masyarakat untuk berdiskusi dengan tenaga kesehatan untuk menentukan tindakan pencegahan yang diperlukan untuk kebutuhan spesifik masing- masing individu,” pungkasnya.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *