GoHappyLive.com, JAKARTA- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) mengkampanyekan gerakan ramah lingkungan melalui program-program pemberdayaan berbasis dana zakat, infak dan sedekah. Bersama “Sahabat Pulau Indonesia”, Baznas mengembangkan potensi perajin kain dalam program “Rumah Batik dan Tenun Indonesia”.
Kain hasil produksi para perajin dari Rumah Batik dan Tenun Indonesia dipamerkan dalam fashion show oleh para model professional pada acara Festival Filantrop Muda 2019 di Epiwalk Epicentrum, Jakarta Selatan.
Program “Rumah Batik dan Tenun Indonesia” saat ini memberdayakan mustahik (penerima zakat) di Tuban, Jawa Timur; Bogor, Jawa Barat, Ende, Nusa Tenggara Timur serta Sambas, Kalimantan Barat. Sebelum mendapatkan program pemberdayaan zakat, mereka merupakan buruh pabrik batik atau perajin tradisional yg penghasilannya sangat minim.
“Produksi para pengrajin ini menggunakan kain dan pewarna ramah lingkungan seperti kunyit dan tingi. Proses produksinya pun juga mengedepankan pentingnya menjaga lingkungan agar konsumen tidak terpapar bahan kimia secara terus menerus,” kata Kepala Divisi Pendayagunaan Zakat BAZNAS, Randi Swandaru dalam Talkshow “Eco Fashion Sebagai Gaya Hidup Anak Muda Indonesia” di sela gelaran Festival Filantrop Muda 2019 , akhir pekan ini.
Dikatakan Randi, program pemberdayaan ramah lingkungan ini diharapkan dapat selaras dengan gaya hidup masyarakat terutama para milenial yang makin sadar lingkungan.
“Dana zakat bukan hanya mendorong masyarakat yang kurang mampu menjadi sejahtera, namun juga memberikan nilai tambah untuk keberlanjutan dampaknya,” kata dia.
“Islam mengajarkan kita untuk peduli pada sumber daya. Peduli pada lingkungan. Hal ini sejalan dengan konsep ecofashion, yang mengedepankan teknik pengerjaan yang ramah lingkungan,” kata Randi.
Dalam Talkshow tersebut hadir pula CEO Eco Fashion Indonesia (EFI), Merdi Sihombing, Kepala Badan Restorasi Gambut, Nazir Foead; Ketua Dekranasda Kabupaten Dairi Pakpak, Romy Mariani Eddy; serta model senior Advina Ratnaningsih.
Merdi Sihombing mengatakan, produk fashion yang bersifat ramah lingkungan, sering disebut dengan istilah Eco Fashion, Green Fashion atau Sustainable Fashion ini beberapa tahun belakangan ini mendapat perhatian yang cukup besar dari anak muda di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
“Produk fashion dengan pewarna alam misalnya, mulai banyak dipakai oleh anak-anak muda. Mereka juga suka membeli produk lokal, made in Indonesia. Artinya dengan membeli produk lokal, kita akan memangkas jejak karbon cukup besar. Membeli produk dalam negeri, juga berdampak positif membantu meningkatkan perekonomian para perajin Indonesia, ” katanya.
Merdi mengajak remaja yang ada di Indonesia untuk mencintai lingkungan. Salah satu bentuknya adalah mereka harus paham bahan baku yang mereka pakai. Mereka harus tahu juga seberapa banyak pakaian yang mereka pakai itu dapat menghidupi para pengrajin.
“Kebanyakan para pengrajin melupakan pewarna alam. Makanya, pada kesempatan ini, kami juga mengedukasi bagaimana memakai tumbuhan di sekitar mereka, seperti semak belukar untuk bisa menghasilkan warna hijau,” papar Merdi.
Perhatian besar anak-anak muda Indonesia terhadap Eco Fashion inilah yang mendorong Baznas dan EFI untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak yang dapat mendukung gaya hidup positif ini.
“Islam mengajarkan kita untuk peduli pada sumber daya. Peduli pada lingkungan. Hal ini sejalan dengan konsep ecofashion, yang mengedepankan teknik pengerjaan yang ramah lingkungan,” kata Randi.
Sebagaimana dikatakan Merdi, pengrajin masih sangat minim pengetahuan tentang pentingnya menggunakan pewarna alam. Oleh karena itulah Baznas menggandeng Sahabat Pulau untuk memberi pembinaan terhadap pengrajin di Ende, Kampung Cibuluh Bogor, Tuban dan Sambas.
Pembinaan sendiri telah dilakukan sejak setahun lalu atau tepatnya bulan Juli 2018. Bahkan produknya telah dipamerkan dalam sebuah kegiatan fashion show di Stovia pada Desember tahun lalu.
“Kita gencar memasarkan produk para mustahik ini dan juga membuka akses mereka ke dunia fashion show yang selama ini hanya menjadi wilayah para orang kaya saja,” lanjut Randi sembari bercerita pada kegiatan World Forum Zakat nanti, Baznas akan menjadikan hasil karya para mustahik sebagai cinderamata.