GoHappyLive.com, JAKARTA– Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, sekitar 1,7 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi COVID-19, dengan jumlah terbanyak di Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan DKI Jakarta.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan RI, bekerja sama dengan Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PERALMUNI) dan didukung oleh Vaccines di Sanofi Indonesia sebagai perusahaan perawatan kesehatan global yang inovatif, mengadakan edukasi dan sosialisasi mengenai BIAN ke publik melalui briefing edukatif dengan tema “Ayo Sukseskan Bulan Imunisasi Anak Indonesia (BIAN) 2022!.
Pelaksanaan BIAN 2022 sangat penting terhadap pencapaian target eliminasi campak-rubela/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2023, mempertahankan Indonesia Bebas Polio dan mewujudkan Dunia Bebas Polio pada tahun 2026 serta mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) lainnya.
BIAN dilaksanakan secara serentak dalam 2 tahapan yaitu tahap I dilaksanakan mulai pertengahan Mei tahun 2022 bagi seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dan tahap II dilaksanakan mulai bulan Agustus bagi provinsi di pulau Jawa dan provinsi Bali.
DR. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM – Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI mengatakan pemerintah telah menyusun 3 strategi untuk menggalakkan imunisasi rutin pada anak guna memberikan perlindungan dari PD3I, yaitu menambah 3 jenis imunisasi rutin pada anak dari sebelumnya 11 antigen menjadi 14 antigen, digitalisasi data imunisasi, dan imunisasi anak akan dilakukan melalui undangan di aplikasi.
“Dengan demikian, kita berharap cakupan imunisasi dapat diperluas. Pemerintah juga mengapresiasi semua pihak, termasuk mitra swasta seperti Sanofi Indonesia yang telah turut menyosialisasikan BIAN dan manfaatnya bagi kesehatan anak-anak,”kata dr. Maxi.
Dr. Prima Yosephine, MKM – Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes RI mengatakan berdasarkan Buletin data Imunisasi per tanggal 9 Mei 2022, menunjukkan gap yang semakin besar antara target Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) dengan Cakupan IDL pada bulan Januari-Desember 2021, yaitu sebesar 9,8%.
Ini artinya jumlah cakupan lebih sedikit dari target imunisasi nasional. Ini menjadi hal yang perlu diwaspadai. Di awal tahun 2022 kasus campak dan rubella yang dikonfirmasi laboratorium meningkat lebih 15 kali lipat dibandingkan keadaan pada periode yang sama di tahun 2021 yang lalu.
Demikian juga kasus suspek difteri pada minggu ke 1 sampai minggu ke 18 tahun 2022 meningkat 60% dibanding periode yang sama di tahun 2021.
“Pelaksanaan BIAN harus berhasil mencapai target 95% untuk imunisasi tambahan campak dan rubella dan target 80% untuk imunisasi kejar OPV, IPV dan DPT-HB –Hib, agar kita dapat meningkatkan imunitas anak2 kita dan menutup gap imunitas yang terjadi. Sehingga kita berhasil menekan kejadian PD3I dan juga berhasil mematahkan penularannya,”papar dr. Prima.
Program BIAN 2022 memiliki sasaran pelaksanaan yaitu: 1) Imunisasi Tambahan Campak Rubela diberikan untuk anak umur 9 bulan sampai dengan kurang dari 12 tahun. 2) Melengkapi imunisasi Polio dan DPT – HB – Hib bagi anak umur 12 sampai dengan 59 bulan. Khusus Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau sampai kurang dari 15 Tahun.
Pada dasarnya imunisasi berfungsi meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
“Dewasa dan anak-anak membutuhkan imunisasi agar lebih sehat. Imunisasi dewasa yang direkomendasikan antara lain untuk Flu, Hepatitis A, Hepatitis B, Meningitis, Tifoid, dan PCV, HPV, dan Meningitis,” ujar Prof. DR. dr. Iris Rengganis, Sp.PD,K-AI – Chairman PERALMUNI.
Prof. DR. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si – Anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional mengatakan selama pandemi COVID banyak balita imunisasinya terlewat, sehingga kasus Campak, Rubela dan Difteri di Indonesia tahun 2021-2022 meningkat di banyak kabupaten.
Oleh karena itu semua bayi dan anak mulai umur 9 bulan harus diberi tambahan 1x imunisasi Campak Rubella, walau sebelumnya sudah mendapatkannya.
“Bila masih kurang, segera dilengkapi. Bila catatan hilang atau terselip dianggap belum lengkap, andaikata melebihi jumlah tersebut tidak berbahaya justru kekebalan lebih tinggi, karena berperan seperti booster. Karena banyak balita imunisasinya tidak lengkap kemungkinan seorang balita mendapat 3 suntikan sekaligus (MR, DPT-HepB-HiB dan IPV) ditambah polio tetes, sehingga tidak perlu bolak balik ke layanan imunisasi. Suntikan ganda juga dilakukan di banyak negara karena terbukti aman, KIPInya tidak lebih berat daripada suntikan tunggal, dan kekebalannya pun sama baiknya,” tutup Prof. Soedjatmiko.