Indonesia sejak lama dikenal dengan semangat gotong royong yang tinggi. Hingga kini semangat tersebut masih terus terjaga dan mengakar di masyarakat pedesaan. Seperti di Desa Tulungrejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar, kegiatan gotong royong bersih-bersih desa menjadi ritual tahunan yang kemudian ditutup dengan pertunjukkan kesenian sebagai bentuk rasa syukur.
Beberapa waktu lalu, universitas negeri terkemuka, Universitas Brawijaya mengirimkan mahasiswanya untuk melakukan kegiatan Mahasiswa Membangun Desa (MMD) ke Desa Tulungrejo.
Kegiatan ini merupakan rangkaian program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang berlangsung dari tanggal 1 Juli-2 Agustus 2023. Kurang lebih 14 ribu peserta KKN dari berbagai prodi dan fakultas terjun ke 1000 desa di Jawa Timur guna mengikuti kegiatan MMD.
Sebanyak 14 peserta yang tergabung dalam kelompok MMD 294 melakukan kegiatan KKN di desa Tulungrejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Bertepatan dengan acara bersih desa, MMD 294 berkesempatan melihat secara langsung rangkaian adat bersih desa.
Konon bersih desa menjadi kegiatan turun temurun masyarakat Tulungrejo dari awal berdirinya desa Tulungrejo.
“Bersih desa sendiri adalah kegiatan yang dulu dipercaya oleh masyarakat Desa Tulungrejo sebagai kegiatan spiritual. Ritual ini dipercayai dapat membersihkan desa dari sifat – sifat atau perbuatan serta penyakit yang ada di Desa Tulungrejo”, ungkap salah satu narasumber.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, ketika berdirinya Desa Tulungrejo sekitar 1919 ada wabah yang menyebabkan banyaknya kematian di Desa Tulungrejo. Dalam kepercayaan para pemuka adat setempat, untuk terlepas dari segala penyakit berbahaya itu seluruh warga diminta untuk melakukan bersih desa.
Diharapkan setelah itu segala penyakit atau sifat-sifat buruk yang ada akan turut terbersihkan dan masyarat desa dapat hidup sehat, aman dan sentosa .
Dalam momen wawancara bersama sejumlah tokoh masyarakat, peserta MMD 294 mendapatkan sejumlah pencerahan terkait sosial budaya dan adat istiadat yang berlaku di Desa Tulungrejo.
“Di desa Tulungrejo ini sendiri memiliki nilai unggah ungguh atau tata krama yang sangat dijunjung tinggi. Seperti kesopanan, rendah diri, saling menghargai, menghormati orang yang lebih tua. Tetapi nilai yang sangat dijunjung tinggi di desa ini adalah gotong royong”, ungkap Tarmuji, kepala desa Tulungrejo.
Sebagai buktinya, nama desa mereka pun merupakan representasi dari makna gotong royong. Tulung memiliki arti kata tolong dan Rejo memiliki arti bersama yang dimaksudkan saling tolong menolong.
Gotong royong di Desa Tulungrejo memang terasa kental karena saat ada pembangunan rumah yang diadakan oleh Koramil Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) para warganya pun ikut andil untuk turut membantu membangun.
“Selain gotong royong, kesopanan terhadap sesama menjadi nilai sosial yang dijunjung tinggi juga . Sebagai contohnya, jika ingin mengundang seseorang untuk sebuah acara ada tata cara atau tahap seperti mendatangi rumahnya secara langsung. Lalu berbincang sedikit saat mau membicarakan hal yang dituju jangan lupa ucapkan “nuwun sewu aku arep repot” yang memiliki arti maaf aku mau merepotkan kamu dan menjelaskan apa tujuannya itu dilakukan oleh masyarakat. Mungkin dulu langsung berkunjung ke rumah namun sekarang orang menggundang via whatsapp” papar Arif, salah satu tokoh masyarakat.
Adopsi Tren Kekinian
Seperti disebut diatas, bersih desa terus dilakukan setiap tahunnya. Hal ini dilakukan semata menjaga warisan adat . Jika dulu saat masih banyak yang mempercayai dinamisme para masyarakat ke punden untuk berdoa . Namun sekarang ini ditandai dengan kegiatan pengajian atau tahlilan karena mengingat mayoritas masyarakat Desa Tulungrejo sendiri beragama islam.
Dalam kegiatan Bersih desa dilakukan seharian. Dimana pagi acara makan bersama dan membersihkan balai desa. Pada siang hari menuju sore digelar tahlilan oleh perangkat, tokoh masyarakat, dan sepuh desa. Pada sore hari , ditutup dengan pementasan kesenian Jaranan atau Campur Sari. Sejak 2 tahun ke belakang kesenian yang disuguhkan adalah berupa wayang kulit dan lawakan khas Jawa Timuran.
Pagelaran kesenian ini menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat. Mereka terlihat antusias menonton pertunjukkan yang berlangsung hingga dini hari.
Di Desa Tulungrejo, salah satu kesenian yang menonjol adalah seni Jaranan. Setidaknya terdapat 4 kelompok Jaranan yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat dan rentang usia.
Kesenian Jaranan kerap hadir pada acara selamatan atau hajatan dan masih sangat eksis dalam lingkungan masyarakat.
“Kesenian yang beragam serta khas di Jawa Timur diadaptasi oleh masyarakat desa dengan cara mengadopsi tren kekinian seperti menggunakan lagu-lagu ataupun tarian masa kini” ujar Arief, lagi.
Ini merupakan salah satu upaya agar kesenian autentik dapat dinikmati oleh generasi muda dengan sentuhan kekinian. Bahkan potensi ini dapat dikembangkan lebih luas agar kesenian adaptasi yang dibawakan oleh masyarakat desa Tulungrejo dapat menyebar luas di seluruh Indonesia.
Kesenian yang menjadi unggulan sekaligus dapat menjadi ladang ekonomi bagi masyarakat desa Tulungrejo dengan segudang seni potensialnya.
Melalui nilai – nilai sosial budaya serta kesenian yang ada di Desa Tulungrejo para narasumber berpesan pada kami bahwa adat, kebudayaan merupakan amanat dari leluhur yang harus tetap dijalankan.
“Selalu jaga dan junjung tinggi nilai sosial budaya yang kamu dapatkan dari leluhur kalian. Karena hal tersebut merupakan amanat dan identitas asli dari dirimu,”kata tokoh masyarakat Desa Tulungrejo, kompak.
Ditulis Oleh:
Nama : Achmad Farhan Kurniawan
Nim : 215120307111096
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Psikologi
Nama : Diona Julyentri R
Nim : 215120407111020
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Hubungan Internasional
*Mahasiswa KKN Universitas Brawijaya 2023
Program MMD 1000D