Tue. Sep 17th, 2024

Anneke Sjuultje Lesar: Suarakan Hati Perempuan Melalui Kumari Nusantara

GoHappyLive.com, JAKARTA- Masih sering kita mendengar pertanyaan dari sesama perempuan, ‘Setelah menikah, apa kegiatanmu sekarang? Dijawab dengan bangga oleh perempuan lawan bicaranya, ‘Aku sekarang jadi ibu rumah tangga’. ‘Oh hanya ibu rumah tangga? Sesudah kamu menjadi sarjana?, tanya sang perempuan pertama, dengan nada heran.

 

Kenyataan ini menjadi kegelisahan tersendiri bagi Sekar Utami, dosen sekaligus seorang pemerhati perempuan asal Bandung. Sayangnya sebelum mampu berbuat banyak, setahun lalu istri dari budayawan Bandung, Dicky Suwanda ini tutup usia akibat kanker payudara yang dideritanya.
Sebelum meninggal dunia Sekar Utami sempat menuangkan sejumlah pemikiran tentang seputar perempuan di blog pribadinya, termasuk gagasan gerakan perempuan kembali ke rumah.

Anneke Sjuultje Lesar, sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Sekar Utami. Bahwa emansipasi telah membuat sebagian perempuan menjadi kebablasan sehingga tak lagi menjalankan kodratnya sebagai perempuan atau ibu. Bila hal ini dibiarkan terus-menerus dapat merusak negeri ini dan generasi penerus bangsa.
Berangkat dari pemikiran tersebut, Anneke terlibat secara aktif di Kumari Nusantara.

Kumari Nusantara merupakan organisasi perempuan di bawah Dewan Adat Sunda, Kumari Nusantara juga ikut mendorong bangkitnya adat Sunda di kalangan generasi muda di Jawa Barat.
”Kumari berasal dari bahasa sansekerta yang berarti perempuan. Dimana penggagasnya seorang perempuan, alm. Sekar Utami. Sebelum meninggal beliau pernah menulis di blognya bahwa perempuan harus kembali ke rumah. Pertanyaan ‘hanya ibu rumah tangga?’ benar-benar telah membuat beliau terbelalak. Sebegitu parahkah pemahaman kaum perempuan terhadap peran seorang ibu rumah tangga. Sebegitu rendahkah penilaiannya?,” ungkap Anneke yang baru saja menjabat sebagai Ketua Umum Kumari Nusantara.

Ditemui disela deklarasi Kumari Nusantara, Minggu, 2/9 kemarin,di Cimahi, Jawa Barat, Anneke mengatakan dalam hidupnya seorang perempuan menjalankan dua peran; sebagai makhluk individual dan social. Kedua peran ini harus dijalankan secara seimbang.

Ketika setelah berumah tangga , dia memilih tetap berkarier diluar, maka harus memastikan semua berjalan on the track, dimana perannya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya tidak terbengkalai.

nomor 1 dari kiri:nurwendah dewi, sekjen Kumari Nusantara dan nomor tiga dari kiri: anneke sjuultje lesar, ketua umum kumari nusantara/ dokpri

“Melalui wadah ini saya dan teman-teman ingin menyuarakan hati perempuan. Bahwa seorang perempuan yang kembali ke rumah tetap harus memiliki karya untuk orang banyak. Dia tetap bisa melakukan hal-hal yang hebat. Kita akan melakukan beragam program yang membuat setiap perempuan dapat berdaya. Jadi disini bisa dikatakan bahwa arti kembali ke rumah itu bukan sekedar kembali. Tapi kembali untuk membuat karya –karya besar,” lanjut Anneke.

 

Pelajaran Budi Pekerti Masuk Kurikulum Pendidikan

Dia berharap ke depannya para perempuan bisa saling menghargai setiap keputusan yang mereka ambil.

“Apakah hanya menjadi ibu rumah tangga di rumah atau juga bekerja di luar rumah, itu harus dihargai. Dan perempuan harus bisa menyeimbangkan keduanya, bekerja di luar rumah dan juga sekaligus tetap bisa mengurusi keluarga di rumah,” urainya.

Selain berfokus pada para perempuan kembali ke kodratnya, Kumari Nusantara juga mendorong pemerintah memasukan kembali pelajaran budi pekerti ke dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.

“Sebagai ibu kami berharap budi pekerti kembali dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan di sekolah agar anak-anak Indonesia kembali menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur,” kata Anneke.

Tak hanya itu, Kumari Nusantara juga ikut mendorong bangkitnya adat Sunda di kalangan generasi muda di Jawa Barat.

Sebab di dalam filosofi Sunda, perempuan merupakan pemimpin di rumah tangga.

Dengan tugas dan tanggung jawab tersebut, Sekjen Kumari Nusantara, Nurwendah Dewi atau akrab disapa Teh Weni mengajak perempuan saling bersinergi.

“Mari kita sebagai perempuan kembali ke rumah karena perempuan merupakan benteng pertahanan keluarga dan negara. Perempuan hancur, benteng rumah tangga dan negara pun akan hancur,” pungkas Teh Weni, penuh semangat.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *