GoHappyLive.com, JAKARTA- Data dari Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) 2017 menyebutkan jumlah pengguna internet mencapai 143 juta atau hampir 55% dari penduduk Indonesia yang berjumlah 262 juta jiwa. Sayangnya data tersebut juga diikuti oleh tingginya intensitas penggunaan gawai dapat memperluas risiko terkena gejala neuropati terhadap masyarakat produktif dan dapat berisiko fatal apabila tidak ditangani segera dengan benar.
Penggunaan gadget atau gawai saat ini menjadi kebutuhan krusial masyarakat terkait dengan kemudahan komunikasi, mencari informasi, hingga transportasi dalam genggaman semata.
Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI Pusat, menjelaskan aktivitas dengan gerakan berulang dapat menjadi faktor risiko neuropati, termasuk penggunaan gawai terlalu lama.
“ Bagian tubuh pengguna gawai yang berisiko terkena neuropati adalah jari tangan karena dapat menyerang saraf tangan dan menyebabkan kesemutan atau kebas hingga rasa nyeri yang menetap. Pencegahan dan pengobatan dini neuropati sangat penting untuk dilakukan mengingat kerusakan saraf akan bersifat irreversible apabila kehilangan serabut saraf diatas 50%, ” kata Manfaluthy.
Saraf tepi adalah penghubung organ tubuh dengan saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang dengan seluruh organ tubuh (organ dalam, mata, pendengaran, penghidu, kelenjar keringat, kulit dan otot – otot), karena itu sangat penting untuk dijaga agar tetap berfungsi maksimal dan terhindar dari neuropati atau kerusakan saraf tepi.
Ketika saraf tepi mengalami kerusakan maka akan muncul gejala-gejala seperti kesemutan, kebas, kram, dan kelemahan otot yang disebut dengan neuropati.
Sejumlah penelitian mengonfirmasi tingginya penggunaan gawai di kalangan millenial dalam jangka waktu lama dalam kehidupan sehari-hari.
Hal senada diungkapkan Anie Rachmayani, Consumer Health Associate Director of Marketing, PT P&G PHCI Indonesia, dibalik peran penting teknologi guna menunjang aktivitas masyarakat, penggunaan dalam jangka waktu lama memberi risiko pada kerusakan saraf tepi.
“Neurobion berkomitmen untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan dapat menjalani hidup berkualitas melalui kampanye terintegrasi Total Solution yang mengajak masyarakat merawat sarafnya. Secara kontinu, kami mendorong masyarakat agar selalu waspada dengan risiko neuropati melalui deteksi dini dan konsumsi rutin vitamin neurotropic,” tambahnya.
Sementara itu Sekretaris Jenderal Asosiasi Internet of Things Indonesia Fita Maulani, mengungkapkan, berdasarkan survei APJII 2017, 50% pengguna aktif internet menggunakan smartphone.
Di kalangan millenial berusia 20 – 35 tahun yang 94,4% telah terkoneksi internet, sebanyak 98,2% menggunakan smartphone rata-rata 7 jam sehari dan bahkan 79% langsung memeriksa smartphone 1 menit setelah bangun tidur.
Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), menambahkan pencegahan neuropati dapat dilakukan dengan mudah. Pada Studi Klinis 2018 NENOIN (Penelitian Non-intervensi dengan vitamin neurotropik) membuktikan bahwa konsumsi kombinasi Vitamin Neurotropik yang terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12 secara rutin dan berkala dapat mengurangi gejala neuropati seperti kebas, kesemutan, rasa terbakar dan rasa sakit secara signifikan hingga 62,9% dalam 3 bulan periode konsumsi.
Vitamin neurotropik yang digunakan dalam studi ini adalah Neurobion Forte.
“Total Solution yang kami komunikasikan dimulai dari edukasi gejala, dampak, dan pencegahan neuropati, rutin konsumsi produk vitamin neurotropik berkualitas yang terbukti klinis dengan varian yang disesuaikan dengan tingkat gejala, periksakan dini di ‘Neuropathy Check Point’ jika merasakan gejala ringan dan segera konsultasikan jika gejala mulai mengganggu, dan aktif melakukan senam kesehatan saraf NeuroMove. Masyarakat dapat mengonsumsi Neurobion Forte apabila mengalami gejala neuropati ringan sampai berat. Selanjutnya, untuk menjaga dan mencegah gejala Neuropati muncul kembali, dapat dilanjutkan dengan Neurobion putih,” tutup Anie Rachmayani.
foto: pixabay.com