GoHappyLive.com, JAKARTA–Kanker ovarium mengancam perempuan di dunia. Minimnya informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai kanker ovarium, dibandingkan kanker payudara ataupun kanker serviks yang termasuk kanker pada perempuan, menjadi salah satu penghambat upaya deteksi dini dan pencegahan lebih awal.1 Padahal kanker ovarium merupakan penyebab kematian nomor 8 akibat kanker pada perempuan di seluruh dunia.2 Oleh karena itu, Cancer Information & Support Center bersama Shahnaz Haque dan didukung oleh AstraZeneca, kali ini bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI menggaungkan Kampanye 10 Jari untuk mengenal faktor risiko dan deteksi dini kanker ovarium.
Angka “10” yang tercantum dalam “Kampanye 10 Jari” merupakan salah satu cara untuk mengedukasi masyarakat tentang enam faktor risiko dan empat tanda kanker ovarium. Yang termasuk ke dalam enam faktor risiko tersebut adalah: (1) memiliki riwayat kista endometrium; (2) memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan/atau kanker payudara; (3) mutasi genetik (misalnya BRCA); (4) paritas rendah; (5) gaya hidup yang buruk; (6) dan pertambahan usia.
Sedangkan empat tanda kanker ovarium adalah: (1) kembung; (2) nafsu makan berkurang; (3) sering buang air kecil; dan nyeri panggul atau perut. Pada umumnya kanker ovarium tidak disertai gejala pada stadium awal.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan Dr. Eva Susanti, S.Kp.,M.Kes mengatakan Indonesia memiliki peningkatan beban akibat penyakit tidak menular (PTM).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi PTM mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain pada kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus dan hipertensi. Kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8% (Riskesdas 2018).
Di Indonesia, kanker ovarium berada di peringkat 3 dari sisi insiden dan tingkat kematian. Menyikapi permasalahan kanker tersebut, maka pemerintah menerapkan strategi penanggulangan penyakit kanker dengan menggunakan strategi 4 pilar, yaitu promosi kesehatan, perlindungan khusus, deteksi dini, dan penanganan kasus, termasuk layanan paliatif seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 71 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.
“Upaya penanggulangan ini tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Pemerintah namun membutuhkan kerjasama dari seluruh stakeholder terkait. Kami mengapresiasi Kampanye 10 Jari dari Astra Zeneca dan CISC ini yang merupakan bagian dari upaya promosi kesehatan dan berharap perempuan Indonesia memiliki pemahaman yang baik terhadap faktor risiko dan gejala serta deteksi dini kanker ovarium,” papar Dr. Eva Susanti, S.Kp.,M.Kes.
Dokter Spesialis Onkologi – dr. Oni Khonsa, Sp.OG, Subsp. Onk mengatakan minimnya informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai kanker ovarium, sangatlah mengkhawatirkan.
Ketidaktahuan terhadap faktor risiko dan deteksi dini menghalangi perempuan mendapatkan diagnosa dan penanganan yang tepat terhadap kanker ovarium.
“Padahal jika dideteksi lebih awal, kanker ovarium dapat ditangani. Faktanya 20% dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, 94% nya akan dapat hidup lebih dari 5 tahun setelah didiagnosis,” ungkap dr. Oni.
Lebih lanjut dr Oni mengatakan selama ini gejala kanker ovarium sering kali disalah artikan dengan gejala penyakit lain, sehingga sering luput dari perhatian dan baru ditemukan ketika telah mencapai stadium lanjut.
Bila timbul gejala klinis, umumnya merupakan akibat dari pertumbuhan, perkembangan, serta komplikasi yang sering timbul pada tingkat stadium lanjut.
Saat keadaan sudah pada stadium yang lanjut, kanker akan sulit untuk disembuhkan. Oleh karena itu, jika memiliki salah satu dari 6 faktor risiko dan salah satu dari 4 gejala kanker ovarium seperti yang diinformasikan dalam Kampanye 10 Jari, harus cepat konsultasi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan menyeluruh.
“Operasi dan kemoterapi adalah penanganan yang umum dilakukan untuk kanker ovarium. Pada kanker ovarium stadium awal, di mana penyakit ini masih terbatas di ovarium, penanganan dan pengobatan memiliki kemungkinan besar untuk berhasil. Oleh karena itu, segera kenali dan sadari 6 faktor risiko dan 4 gejala kanker ovarium dalam diri,” jelas dr. Oni .
Pasien Kanker Ovarium, Liesdiana mengatakan perempuan Indonesia perlu mengetahui bahwa dengan deteksi dini, mengenali faktor risiko dan menyadari gejalanya. Sehingga mereka memiliki peluang lebih baik untuk hidup berkualitas.
“Saya merasakan sendiri pentingnya mengetahui dan menyadari gejala serta segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan terhadap kanker ovarium. Itu yang membuat saya masih bisa bersama keluarga saat ini. Meski sempat tidak menyadari dan menyalahartikan gejala diawal, saya bersyukur informasi yang jelas dari dokter membantu saya melewati proses penanganan kanker ovarium. Saya berharap perempuan Indonesia dapat memiliki pemahaman terhadap kanker ovarium lebih dulu, apalagi kini dengan 6 faktor risiko dan 4 deteksi dini yang disampaikan dalam Kampanye 10 Jari dapat membantu perempuan lebih teredukasi,”tutur Liesdiana.
Duta Peduli Kanker Ovarium, Shahnaz Haque, menyampaikan hal serupa. Dia pernah menyalah artikan gejala dan faktor risiko kanker ovarium, dan dia berharap hal tersebut tidak terjadi pada perempuan di Indonesia lagi.
“Saya berharap perempuan Indonesia lebih peduli pada kesehatan dirinya dan salah satunya dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait kanker ovarium. Saya bersama dengan CISC sebagai komunitas kanker yang berpusat di Jakarta dan berdiri sejak tahun 2003, berkomitmen dalam memberikan dukungan serta layanan informasi pada masyarakat kanker dan awam menuju ‘Indonesia Peduli Kanker. Kampanye 10 Jari ini akan menjadi informasi yang penting dan mudah dipahami serta dapat disebarluaskan ke masyarakat Indonesia,” papar Shahnaz.
Kampanye 10 Jari diinisiasi oleh AstraZeneca bekerja sama dengan Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI) dan Indonesian Cancer Information & Support System (CISC). Solusi kesehatan AstraZeneca mencakup onkologi, biofarmasi, kardiovaskular, ginjal dan metabolisme, respiratori dan imunologi; dan lain sebagainya.