Tue. Dec 3rd, 2024

Mastermind Class ISEF 2021, Desainer Nina Nugroho Titik Beratkan Pembangunan Mental Pelaku UMKM Sekuat Baja

GoHappyLive.com, JAKARTA- Brand Nina Nugroho menjadi salah satu peserta pada acara Mastermind Class Modest Fashion yang diselenggarakan Sharia Economic Fashion (ISEF) 2021. Mastermind Class sendiri adalah sebuah forum yang bertujuan menjadikan para pengusaha modest fashion di Indonesia menyadari bahwa mereka adalah mastermind (orang dibalik) kesuksesan industri modest fashion Indonesia untuk bisa berjaya di pasar global.

 

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia optimis akan mampu menjadi pusat industri halal di dunia. Salah satunya melalui modest fashion yang berkembang sangat pesat selama satu dasawarsa terakhir.

Untuk itu, pada acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2021 Bank Indonesia bersama Indonesia Fashion Chamber (IFC) dan Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) menyelenggarakan Mastermind Class Modest Fashion.

Acara yang diselenggarakan di JCC beberapa waktu lalu ini, menggundang 10 fashion desainer Indonesia terdepan di lini masing-masing yakni Dian Pelangi, Vivi Zubedi, Ria Miranda, Khanaan, Chyntia Mahendra, Irna Mutiara, Tuty Atib, Jeny Tjahyawati, Nina Nugroho dan Istafiana Candarini. Selain itu, acara ini juga dihadiri para ahli di bidang produk halal yaitu Sapta Nirwanda (Chairman of IHLC & Indonesia Tourism Forum), Jetti Rosila Hadi selaku (Vice Chairwoman IHLC), Diana Yumanita (Deputy Director Sharia Economy & Finance Department of Bank Indonesia), Ria R. Christiana (CEO DBRANCOM) serta Prof Carla Jones, antropolog dari Universitas Colorado, AS yang hadir secara virtual.

Matermind Class adalah forum untuk menggugah kesadaran para pengusaha modest fashion bahwa mereka adalah mastermind (orang dibalik) kesuksesan industri modest fashion Indonesia untuk bisa berjaya di pasar global.

Selain membentuk kesadaran tersebut, kegiatan ini juga dilengkapi dengan business linkage dimana akan dilakukannya perkenalan dari lembaga wakaf produktif untuk membuka potensi-potensi kerjasama antara pengusaha modest fashion dan lembaga wakaf produktif.

Dalam paparannya secara virtual, Prof Carla Jones menyebutkan selama ini Indonesia sebenarnya telah dikenal sebagai salah satu pusat fashion dunia, namun sayangnya, lebih kepada fast fashion yang dalam banyak hal berseberangan dengan prinsip sustainability yang kini tengah menjadi perhatian dunia, dalam upaya merawat bumi.

Sementara modest fashion mengusung sustainability, inclusivity dan equity yang merupakan hal pokok dalam konsep halal. Sustainability, inclusivity dan equity merupakan faktor yang banyak dicari oleh konsumen di luar negeri, terutama Amerika Serikat.

‘’Karena itu modest fashion dari Indonesia yang mengusung faktor-faktor tersebut memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan akan menjadi produk yang dicari oleh konsumen global,’’ ungkap Carla Jones antropolog yang banyak meneliti perkembangan Islam di Indonesia.

Ditambah lagi, kata Carla Jones, saat ini lebih dari 2 miliar penduduk dunia yang beragama Islam ingin berpakain sesuai aturan agama namun tetap mementingkan pula keindahan, keinginan, sikap dan etika, faktor budaya ini menjadi penentu dibandingkan factor-faktor ekonomi lainnya.

‘’Para ahli menghitung, pada tahun 2024-2025 masyarakat dunia akan membelanjakan 360 miliar dollar AS untuk busana. Tentu mereka ingin mengenakan busana sesuai karakter dan keyakinan sehingga merasa lebih nyaman dan oke,’’ tambah Carla.

Untuk itu desainer modest fashion Indonesia perlu melakukan sejumlah inovasi, diantaranya dengan mengkombinasikan bahan, desain dan bahkan brand ambassador antara dari dalam dan luar negeri. Dengan begitu, maka masyarakat global akan lebih mengenal karya busana Indonesia, tidak hanya sebagai fast fashion tetapi juga modest fashion yang sangat dekat dengan konsep sustainability.

Sesi acara mastermind class yang dipandu oleh Ria R. Christiana menjadi sesi interaktif dengan para desainer. Perbincangan tersebut membahas bagaimana mimpi-mimpi para desainer direalisasikan dalam real action dan membangun sinergi kolaborasi.

Dalam kesempatan tersebut, desainer Nina Nugroho menyampaikan mimpinya, yakni membangun mentalitas perempuan Indonesia agar terlejitkan keberdayaannya.

‘’Nina Nugroho tidak ingin hanya bisa berjualan, tetapi juga membangun value. Saat ini sedang mengkampanyekan Gerakan #akuberdaya yang bertujuan bersama melejitkan keberdayaan melalui apapun yang dimiliki,’’ ungkap Nina.

Nina telah membangun kolaborasi dengan sejumlah stakeholder dan UMKM supaya bersama bergerak sehingga fashion Indonesia diakui secara global.

‘’Kalau desainer lain bergerak dengan memberi pelatihan desain agar lebih berkualitas misalnya, maka Nina lebih menitikberatkan membangun sisi mentalitasnya. Bekerjasama dengan asosiasi trainer untuk menggebrak mental perempuan Indonesia, agar memiliki mental sekuat baja dan menjadi lebih berdaya,’’ tuturnya di atas panggung.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *