Sat. May 11th, 2024

Sedang Dikaji Status KLB Malaria di Lombok Barat

By Jasmine Sambac Sep9,2018

GoHappyLive.Com, LOMBOK BARAT- Gempa yang menyerang Lombok sejak akhir Juli lalu, hingga kini masih terus terjadi, kendati frekuensi dan magnitudonya terus berkurang. Belum selesai gempa mengguncang Lombok, giliran wabah malaria menyerang Kabupaten Lombok Barat.

Bupati Lombok Barat (Lobar) Fauzan Khalid sedang mempertimbangkan penetapan status kejadian luar biasa (KLB) terkait wabah malaria yang melanda sejumlah wilayah terdampak gempa di Lobar.

“Laporan Kepala Dinas Kesehatan Lobar sudah ada 104 yang positif malaria, diantaranya bahkan terdapat bayi dan ibu hamil,” ujar Fauzan kepada GoHappyLive.Com di Lobar, NTB, Minggu (9/9).

Dalam situasi ini, Pemkab Lobar, memiliki dua opsi dalam penanganan wabah malaria. Yaitu menetapkan status KLB dengan  begitu maka akan dilakukan upaya-upaya penanganan sesuai dengan permenkes mengenai KLB, atau opsi kedua tidak dengan status KLB. Kedua opsi tersebut saat ini sedang dikaji sebelum hasilnya diumumkan, Senin (10/9).

Fauzan mengatakan, berdasarkan Permenkes, kondisi malaria di Lobar sejatinya sudah bisa dikategorikan KLB. Sebab, dari segi warga yang terdampak malaria mengalami peningkatan dua kali lipat lebih dibandingkan pada bulan yang sama saat tahun lalu.

“Salah satu parameter KLB adalah jumlah warga yang positif menderita suatu penyakit dua kali lipat dari tahun lalu di bulan yang sama. Saat ini jumlah positif malaria di Lobar sudah lebih dari dua kali lipatnya,” kata Fauzan.

Namun, apabila nantinya ternyata pemkab mampu mengatasi wabah ini tanpa status KLB, maka penanganan malaria akan dilakukan tanpa status KLB.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Lobar, Rahman Sahnan Putra mengatakan wabah malaria yang melanda para pengungsi di Kabupaten Lombok Barat (Lobar) semakin meluas. Sejak ditemukannya empat kasus di Desa Bukit Tinggi, Kecamatan Gunungsari, jumlah korban sudah meluas ke desa lain di kecamatan yang sama.

Dalam catatan Rahman, ada 32 korban terdeteksi mengidap malaria hanya dalam satu wilayah kerja Puskesmas Penimbung.

Kata dia, wabah tersebut sudah semakin meluas. Menurut catatan Dinas Kesehatan Lobar, sudah ada 103 orang positif terkena malaria dengan penyebaran mencapai 28 dusun, 10 desa, dan empat wilayah kerja Puskesmas. Dari jumlah tersebut, lima orang terpaksa dirawat inap karena sudah parah.

“Dengan melihat jumlah warga yang mengidap malaria, bahkan sudah mengenai ibu hamil dan bayi, kondisi ini sudah out break (KLB),” ucap Rahman.

Menurut Rahman, hingga kini Direktorat Jendral P2P dan Kesmas sudah dan akan menurunkan timnya di Lobar.

Selain pihak direktorat, Rahman mengaku sudah mendapat dukungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB membantu dengan memberikan 135 kelambu, tapi masih sangat kurang. Dari pemetaan yang dibuat, setidaknya mereka membutuhkan 10 ribu kelambu untuk membantu para pengungsi.

GoHappyLive.Com berada di Lombok sejak Kamis (7/9) lalu bersama relawan apoteker dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Sebanyak 11 apoteker relawan diterjunkan guna membantu pemerintah daerah setempat dalam menangani gempa yang terjadi di Lombok.

‘’Kami sangat terbantu dengan kedatangan tim relawan apoteker ini, karena saat ini kami sangat kekurangan tenaga apoteker yang sangat diperlukan dalam menangani perbekalan farmasi serta pelayanan kefarmasian. Tenaga apoteker dari NTB sendiri jumlahnya sangat terbatas, sehingga membutuhkan relawan dari luar NTB,’’ ungkap Arief Suryawirawan, S.Si, Apt, MPH, Ketua PD IAI NTB.

IAI rencananya akan menurunkan tiga kloter relawan masing-masing terdiri 10 apoteker yang akan bertuga di Lombok hingga 26 September 2018.

‘’Setelah itu, kami akan evaluasi kembali, apakah keberadaan apoteker masih diperlukan, atau NTB sudah mampu mengelola perbekalan farmasi ini dengan tenaga apoteker yang mereka miliki,’’ ungkap Ketua Bidang Humas PP IAI, Dra Tresnawati, Apt yang mendampingi para relawan.

 

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *