Tue. Dec 3rd, 2024

Di Masa Pandemi, Orang Tua Takut Memeriksakan Kesehatan Anaknya Ke Rumah Sakit

GoHappyLive.com,JAKARTA–Peran media dalam mengkampanyekan protokol kesehatan dan manfaat vaksinasi bagi masyarakat memiliki arti penting pada rumah sakit. Karena hal ini sangat membantu tenaga kesehatan atau pemberi layanan kesehatan.

Hal tersebut mengemuka saat Media Gathering secara virtual yang diselenggarakan Ramsay Sime Darby Health Care Indonesia pada hari Kamis, 25/2 lalu.

“Dalam hal ini  perlu adanya sinergi antara rumah sakit dab media. Media melalui pemberitaan untuk terus mengkampanyekan informasi seputar protokol kesehatan dan manfaat vaksinasi, karena hal ini sangat membantu tenaga kesehatan atau pemberi layanan kesehatan, “ungkap dr. Martha Siahaan, MARS yang merupakan CEO RS Premier Bintaro .

Pada media gathering tersebut mengangkat tema Update Perkembangan Covid-19. Hadir sebagai pembicara tiga dokter dari tiga rumah sakit di bawah Ramsay Sime Darby Health Care Indonesia. Yakni Prof. dr. Menaldi Rasmin, Sp.P (K) dari RS Premier Jatinegara, Prof. DR. dr. Jusak Nugraha, Sp.PK (K-GH, K-AI, K-PTI) MS dari RS Premier Surabaya dan DR. dr. Tubagus Rachmat Sentika, Sp.A., MARS yang juga merupakan bagian KOMDA KIPI Banten dari RS Premier Bintaro.

Di sesi pertama, Prof. dr. Menaldi Rasmin, SP. P (K) menjelaskan definisi tentang klasifikasi diagnosis Covid-19 mulai dari orang yang terkonfirmasi positif dengan hasil pemeriksaan yang akurat, terduga atau orang yang memiliki gejala seperti demam, batuk, kelelahan yang sangat, gangguan saluran pernafasan akut, penurunan nafsu makan, dan sebagainya.

Lalu ada mungkin atau probable tahap ini merupakan tahapan yang lebih dekat dengan terkonfirmasi karena biasanya diiringi dengan gejala spesifik seperti gangguan penghidu atau hilangnya penciuman dan perasa, yang terakhir adalah kontak erat dengan pasien terkonfirmasi.

“Klasifikasi derajat berat penyakit mulai dari tanpa gejala, gejala ringan, sedang, berat dan juga kritikal. Pasien terkonfirmasi positif dengan gejala sedang, gejala berat dan kritikal merupakan pasien yang wajib dirawat di rumah sakit, yang membedakan adalah pada gejala berat dan kritikal pasien harus mendapatkan pengawasan ketat di ruang ICU, sedangkan pasien tanpa gejala hingga gejala ringan dapat melakukan isolasi secara mandiri dirumah atau di tempattempat yang telah disediakan untuk melakukan isolasi, “jelas Prof. Menaldi.

Menurut Prof. dr. Menaldi angka di RS Persahabatan menunjukkan 17% dari pasien dengan gejala sedang dapat lompat menjadi pasien kritis, sedangkan pada gejala berat sekitar 30% masuk kedalam kasus kritis dan angka kematian pada kasus kritis sebesar 53%.

Untuk itu Prof. dr. Menaldi berharap agar kita dapat mengangkap pasien-pasien dengan gejala ringan dan ditangani secara bersungguh-sungguh agar tidak berkembang menjadi gejala sedang, berat, terlebih lagi kritis.

“Cara pencegahan dengan memutus mata rantai penyebaran melalui dua tahap yaitu; tahap primer adalah dengan penerapan protokol kesehatan secara 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, membatasi mobilitas dan menghindari kerumunan) bagi masyarakat dan bagi pemerintah atau pengelola 3T (test telusur, terapi) juga melalui tahap pencegahan kedua yaitu pencegahan secara sekunder dengan melakukan vaksinasi agar tercipta herd immunity secara etis, “paparnya.

Pada sesi kedua  Prof. Dr. dr. Jusak Nugraha, Sp.PK (K) menjelaskan mengenai asal-usul, karakteristik dan jenis virus corona.

Dimana virus ini 79.1% menyerang usia 19-59 tahun dan 10.4% pada usia diatas 60 tahun dengan kasus fatal yang semakin meningkat pada usia lanjut dan pasien dengan penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya dengan tingkat kematian sebesar 3.4%.

17% dari pasien dengan gejala sedang dapat lompat menjadi pasien kritis, sedangkan pada gejala berat sekitar 30% masuk kedalam kasus kritis dan angka kematian pada kasus kritis sebesar 53%

“Adapun jenis pemeriksaan di laboratorium berdasarkan efektifitas tingkatannya adalah, pertama kultur virus melalui pemeriksaan BSL3 namun di Indonesia sangat sedikit yang dapat melakukan pemeriksaan ini, kedua tes molekuler atau yang kita kenal dengan istilah PCR, ketiga untuk membantu diagnosis ada AntiGen dan yang paling rendah ada tes serologi yaitu tes yang mendeteksi antibody SARS Cov-2,” ujar Prof. Jusak.

Sedangkan DR. dr. Rachmat Sentika, Sp.A., MARS yang juga merupakan bagian dari KOMDA KIPI Banten menjelaskan tentang adaptasi kebiasaan baru di keluarga yaitu menerapkan protokol kesehatan 5M, berolahraga secara rutin, menjaga pola makan sehat dan setiap anggota keluarga yang beraktifitas diluar rumah agar segera mandi dan berganti pakaian setibanya di rumah sebelum bersentuhan dengan anggota keluarga lainnya.

“Bagi yang sudah bisa mendapatkan vaksinasi agar segera melakukannya karena terbukti vaksin Sinovac yang kini tersedia adalah merupakan vaksin yang bermutu dan berkualitas karena memiliki sero konversi pembentukan Antibodi pada H14 pasca vaksin kedua sebesar 99.7% dan tetap terjaga pada H90 sebesar 99.3%, “ujar Dr Rachmat pada sesi terakhir.

Vaksin ini juga bermanfaat karena memiliki efikasi sebesar 65.3% bisa cegah tidak tertular. Vaksin Sinovac juga aman karena KIPI nya kurang dari 1% dengan gejala ringan seperti kemerahan, nyeri yang hilang kurang dari 24 jam.

Sebagai dokter spesialis anak Dr. Rachmat juga menyampaikan kekhawatiran tentang penurunan pelayanan kesehatan akibat dampak dari pandemi.

“Selama pandemi ada kecenderungan  berkurangnya orang yang memeriksakan kesehatan atau gizi secara rutin terutama pada anak. Akibatnya kemungkinan besar salah satunya akan dapat meningkatkan angka stunting pada anak atau resiko lainnya, ” tutup Dr. Rachmat.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *